REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan akan menghentikan layanan makan di tempat dan melarang pertemuan lebih dari dua orang selama satu bulan yang dimulai pada Kamis nanti. Keputusan tersebut dibuat akibat adanya peningkatan kasus virus Covid-19.
Pembatasan akan ditinjau dalam dua pekan ketika negara itu hampir mencapai jumlah dua pertiga warganya yang divaksinasi pada 9 Agustus.
Kasus virus Covid-19 baru kembali melonjak hampir dua kali lipat. Menteri Kesehatan, Ong Ye Kung, mengatakan 184 infeksi baru diperkirakan akan terkonfirmasi pada Selasa.
Jumlah kasus baru harian Singapura hanya sebagian kecil dari yang dilaporkan di tempat lain di Asia Tenggara. Namun, pengetatan kembali setelah pelonggaran Covid-19 merupakan kemunduran bagi pusat bisnis Asia yang ingin bergerak dari pandemi. Sebelumnya Singapura membuat rencana 'hidup berdampingan' dengan virus.
“Kita harus melakukan pengetatan pencegahan ini sehingga kita dapat mengurangi tingkat aktivitas kita secara keseluruhan dan memperlambat penularan. Pengetatan ini juga berfungsi untuk memberikan kami sehingga kami dapat memvaksinasi lebih banyak orang, terutama para manula,” kata Ketua Gugus Tugas Covid-19 Lawrence Wong.
Wong menyebut setelah situasi stabil, Singapura akan memiliki tindakan yang lebih lunak bagi mereka yang divaksinasi. Singapura telah meningkatkan pengujian setelah kelompok orang terinfeksi di bar karaoke KTV dan pelabuhan perikanan.
Klaster KTV telah menimbulkan kemarahan dan pertanyaan publik atas petugas polisi yang memfasilitasi prostitusi dan perjudian. Untuk sementara, mereka diizinkan beroperasi sebagai restoran. Pemerintah mengatakan lembaga penegak hukum telah diregangkan.
Singapura telah melaporkan lebih dari 63 ribu kasus Covid-19, sebagian besar terkait dengan wabah di asrama pekerja migran tahun lalu. Singapura menggencarkan vaksinasi yang telah selesai dilakukan untuk setengah populasi negara kota.