REPUBLIKA.CO.ID, PORT AU PRINCE -- Pemerintah Haiti secara resmi menunjuk Ariel Henry sebagai perdana menteri baru pada Selasa (20/7) waktu setempat. Haiti mengalami pemerintahan yang tak menentu setelah terbunuhnya Presiden Jovenel Moise dua pekan lalu.
Henry kini berperan sebagai pemimpin de facto negara termiskin di Belahan Barat. Dia memulai pidato upacara di ibu kota Port Au Prince yang diawali dengan mengheningkan cipta untuk presiden Moise.
Selama beberapa tahun, Haiti menghadapi pelanggaran hukum yang dipicu oleh geng-geng kekerasan. Henry mengatakan dia ingin menciptakan kondisi bagi sebanyak mungkin orang untuk memilih dalam pemilihan, yang dijadwalkan pada September.
"Sudah waktunya untuk persatuan dan stabilitas," kata Henry. Dia menyerukan dukungan internasional yang berkelanjutan untuk pemerintah yang telah menerima miliaran bantuan sejak gempa bumi dahsyat pada 2010.
Mantan Perdana Menteri Claude Joseph mengatakan, penunjukan Henry dimaksudkan untuk memfasilitasi pemilihan umum negara. Pemilu di negara tersebut terakhir diselenggarakan pada 2016. Joseph pun memperingatkan tugas berat ke depan.
"Anda mewarisi situasi luar biasa yang ditandai dengan tidak adanya seorang presiden yang menjadi tameng Anda, krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah negara, ketidakamanan yang berderap, situasi ekonomi yang muram dan genting," kata Joseph.