Penyembelihan Hewan Kurban di Banyumas Patuhi Prokes
Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Panitia bersiap menyembelih hewan kurban. | Foto: Republika/Thoudy Badai
REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Bupati Banyumas, Jawa Tengah, Achmad Husein bersama jajaran Forkopimda setempat memantau langsung pelaksanaan penyembelihan hewan kurban yang dilakukan masyarakat, Rabu (20/7). Dalam pemantauan itu, bupati menyimpulkan kegiatan ibadah penyembelihan hewan kurban di beberapa titik telah mematuhi protokol kesehatan PPKM Darurat.
''Dari pemantauan yang kami lakukan, masyarakat telah melaksanakan imbauan Pemkab Banyumas dan MUI Kabupaten Banyumas, dengan menyembelih hewan kurban secara tertib dan mematuhi protokol kesehatan,'' jelasnya.
Protokol yang diterapkan, antara lain panitia yang terlibat dalam kegiatan itu mengenakan masker, dilakukan di tempat terbuka, dan tidak ditonton banyak orang. ''Untuk soal jaga jarak, memang kadang sulit. Namun secara umum mereka berupaya menjaga jarak,'' kata dia.
Berdasarkan laporan instansi terkait, disebutkan, penyembelihan hewan kurban di Banyumas berlangsung di 3.185 lokasi. Itu pun tidak tidak dilakukan serentak tepat pada Hari Raya Idul Adha, melainkan secara bertahap selama tiga hari, 20 Juli, 21 Juli, dan 22 Juli 2021.
Untuk itu bupati telah memerintahkan jajaran Forkopimcam, kepala desa, hingga Babinsa dan Babinkamtibmas, melakukan pemantauan terhadap kegiatan penyembelihan hewan kurban di masing-masing lokasi. ''Terutama untuk mengawasi pelaksanaan protokol kesehatannya,'' jelasnya.
Ketua panitia kurban Kelurahan Purwanegara RT 09 RW 04 Kecamatan Purwokerto Utara, Suparno, mengaku seluruh anggota panitia kurban di wilayahnya telah berusaha untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan.
''Sebelum pelaksanaan kurban, seluruh anggota panitia telah dibekali untuk mematuhi protokol kesehatan. Tempat penyembelihan juga dibuat tertutup, sehingga warga tidak masuk ke lokasi penyembelihan,'' jelasnya.
Mengenai pendistribusian daging kurban, panitia melibatkan remaja setempat untuk mengantar ke masing-masing rumah warga. ''Kami tidak lagi menggunakan sistem kupon untuk menghindari adanya antrian dan kerumunan,'' ujar dia.