Rabu 21 Jul 2021 15:53 WIB

Studi: Dosis Tunggal Vaksin J&J Hasilkan Antibodi Rendah

Dosis tunggal J&J menghasilkan tingkat antibodi relatif rendah pada varian Delta.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nora Azizah
Dosis tunggal J&J menghasilkan tingkat antibodi relatif rendah pada varian Delta.
Foto: AP/Rahmat Gul
Dosis tunggal J&J menghasilkan tingkat antibodi relatif rendah pada varian Delta.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Studi terbaru mengungkapkan vaksin Covid-19 dosis tunggal Johnson & Johnson menghasilkan tingkat antibodi yang relatif rendah terhadap varian delta. Ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa baik suntikan itu akan bertahan melawan jenis delta Covid-19 yang mudah menular.

Studi laboratorium, yang dirilis di server pracetak bioRxiv, belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review. Stud berfokus pada satu bagian kunci dari respons imun, yang disebut antibodi penetralisir. 

Baca Juga

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Universitas New York, Rochelle Walensky, menemukan bahwa vaksin J&J menghasilkan sekitar lima kali lipat tingkat antibodi pelindung terhadap varian delta dibandingkan dengan tingkat yang meningkat terhadap jenis virus corona awal. Varian delta menyumbang 83% dari kasus yang diurutkan secara genetik di Amerika Serikat (AS).

Sementara vaksin RNA utusan dua dosis dari Pfizer Inc. dan Moderna Inc. juga menghasilkan lebih sedikit antibodi terhadap strain delta yang sangat mudah menular. Tapi pengurangannya tidak terlalu dramatis. 

"Dibandingkan dengan dua suntikan vaksin mRNA, vaksin J&J satu suntikan menunjukkan penurunan yang lebih nyata dalam titer penetral terhadap varian, meningkatkan potensi penurunan perlindungan," kata Walensky dilansir dari Livemint pada Rabu (21/7).

Penulis studi Nathaniel Landau dari NYU Grossman School of Medicine mengatakan hasil studi dan analisis menunjukkan antibodi J&J tidak sepenuhnya berbeda. Keduanya menemukan penurunan tingkat antibodi.

"Kami baru saja menemukan tingkat penurunan yang lebih besar," kata Landau.

Studi ini hanya memeriksa satu aspek perlindungan. Studi tersebut tidak mempertimbangkan tanggapan jangka panjang di antara sel-sel kekebalan yang dirangsang oleh vaksinnya. 

"Data tidak berbicara tentang perlindungan kekebalan sepenuhnya dari suntikan," kata juru bicara J&J Jake Sargent. 

Diketahui, vaksin J&J telah terbukti menghasilkan respons kekebalan yang kuat yang bertahan setidaknya delapan bulan setelah imunisasi. Awal bulan ini, peneliti J&J mengatakan data mereka sendiri menunjukkan vaksin menetralkan varian delta dan suntikan booster tidak diperlukan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement