REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof. KH. Achmad Satori Ismail mengatakan, banyak dai dan penceramah yang merasakan imbas langsung dari penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, karena peniadaan kegiatan di masjid, terutama yang melibatkan kerumunan.
Sebagai lembaga yang bersumber dari dana umat, IKADI, sampai saat ini, belum dapat memberikan bantuan bagi para pendakwah, karena keterbatasan dana yang ada.
“Ikadi ini bergerak dari dana donatur, dan sampai saat ini kegiatan rutin saja masih belum bisa berjalan karena tidak cukupnya dana. Maka kami memang belum bisa membantu para ustadz, dai, dan alim ulama selama masa PPKM darurat ini,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (21/7).
“Tapi biasanya di daerah daerah tertentu yang mereka memiliki hubungan baik dengan para donatur biasanya ada yang punya program untuk membantu, dan sejauh ini sudah ada program dari Kemenag untuk membantu para pendakwah, tapi memang tidak banyak,” kata dia menambahkan.
Dia berharap, meski di tengah keterbatasan, para dai dapat terus melanjutkan jihadnya untuk berdakwah kepada umat.
“Mudah-mudahan dengan bermodal keikhlasan, para pendakwah dapat tetap aktif berdakwah, khususnya secara virtual, atau di wilayah sekitar tempat tinggalnya. Alhamdulillah dengan keikhlasan, rasa syukur masih banyak diucapkan para pendakwah kami meski di tengah keterbatasan,” ujarnya.
Kiai Satori mengatakan, berbeda dengan para dai di daerah masih dapat menjalankan kegiatan dakwahnya dengan normal, karena masih banyaknya masjid yang mengizinkan pengadaan pengajian dan kegiatan dakwah meski dengan skala yang lebih kecil, pendakwah di kota-kota besar adalah yang paling banyak terimbas, karena peniadaan kegiatan dakwah yang tentu membuat pemasukan mereka menurun.
“Tapi kami di Ikadi sudah mengimbau sejak awal agar para pendai tidak bergantung sepenuhnya dari dakwah atau sebagai penceramah, tapi jadikan ini sebagai profesi sampingan sehingga mereka masih tetap bisa mendapatkan pemasukan,” tuturnya.
Dia mengimbau para pendakwah untuk dapat menyiasati kondisi ini dengan bijaksana, seperti memulai alternatif pekerjaan lain, atau memanfaatkan wadah virtual sebagai alat berdakwah.
Selain itu, dia juga menyarankan agar memanfaatkan momen ini untuk memaksimalkan ibadah sirriyah (ibadah individual) yang mungkin selama ini terabaikan.
“Sekarang, mari mulai niatkan berdakwah secara ikhlas, dan hindari penyebaran hal negatif yang dapat menyesatkan umat, lalu manfaatkan momen dan kondisi ini untuk memaksimalkan ibadah-ibadah yang bersifat individual seperti sholat malam, dzikir, dan ibadah yang mungkin selama ini terabaikan. Sehingga jika itu dimaksimalkan mudah-mudahan pandemi dapat cepat berlalu dan situasti dapat kembali normal,” tutur dia.