Tenaga Kesehatan Tangani Covid-19 di Bantul Terbatas
Red: Yusuf Assidiq
Tenaga kesehatan menyiapkan bed untuk pasien di tenda darurat khusus Covid-19. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Jumlah tenaga kesehatan untuk penanganan Covid-19 di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai terbatas. Kondisi itu menyusul naiknya kasus konfirmasi positif setiap hari.
"Problem utama kita hari ini adalah ketersediaan nakes (tenaga kesehatan), karena berdasarkan standar kesehatan, yang bisa melakukan tindakan vaksinasi, misalnya, adalah dokter atau nakes yang bersertifikat," kata Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih di Bantul, Rabu (21/7).
Menurut dia, nakes yang bersertifikat pemerintah tersebut seperti perawat dan bidan, sementara untuk lulusan SMK Kesehatan yang ada di Bantul belum diperkenankan oleh standar kesehatan untuk melakukan tindakan penyuntikan vaksinasi. "Jadi hari ini problem kita adalah ketersediaan nakes terbatas, itu yang utama," katanya.
Bupati tidak hafal jumlah nakes di Bantul, namun dengan nakes yang ada saat ini beban kerja mereka terutama di puskesmas jadi luar biasa. Karena di samping melayani pasien umum yang datang ke fasilitas kesehatan tersebut, juga menangani kasus Covid-19 di wilayahnya.
"Nakes di puskesmas itu pertama harus melakukan usapan (swab) antigen, kedua melayani vaksinasi yang sudah terjadwal di desa-desa yang sudah teragenda, tiga harus mengawasi shelter (tempat isolasi), keempat masih harus merawat pasien yang datang di puskesmas," katanya.
Menurut dia, tugas yang luar biasa bagi nakes saat ini, apalagi dalam pelayanan tes usap harus dilakukan oleh petugas khusus, termasuk dalam melakukan pemantauan lapangan keliling shelter covid maupun warga yang melakukan isolasi mandiri di rumahnya.
Dikatakan, para relawan yang selama ini berjuang membantu nakes dalam memantau warga yang isolasi mandiri karena covid juga sangat dibutuhkan, akan tetapi untuk melihat perkembangan kesehatan secara medis bagi warga isoman (isolasi mandiri) harus dilakukan, minimal oleh tenaga kesehatan.
"Relawan bisa, tetapi untuk gejala dan bagaimana perkembangannya, itu hanya dilakukan dokter atau minimal tenaga kesehatan, sementara puskesmas tidak boleh ditinggal, inilah problem utama tidak hanya di Bantul, tapi seluruh Jawa Bali adalah ketersediaan nakes," ujar dia.