REPUBLIKA.CO.ID, MERSEYSIDE -- Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Dunia (UNESCO) dilaporkan bakal mencabut status kota Liverpool sebagai Warisan Dunia. Ini setelah pemerintah setempat menyepakati pembangunan stadion baru milik Everton di tepian Sungai Mersey.
Sebuah laporan pada Juni 2021 oleh komite mengatakan, perkembangan di tepi laut Kota Liverpool telah mengakibatkan hilangnya situs lama yang selama ini dikenal bersejarah.
"Pusat bersejarah Liverpool dan dermaga yang dibangun untuk menjadi saksi perkembangan salah satu pusat perdagangan utama dunia pada abad ke-18 dan ke-19. Situs ini juga menggambarkan perkembangan perintis dalam teknologi dermaga modern, sistem transportasi dan manajemen pelabuhan," demikian pernyataan UNESCO dikutip Sky Sports, Rabu (21/7).
Liverpool menyandang status Warisan Dunia sejak 2004 lalu. Saat itu, UNESCO menegaskan status kota tersebut sebagai pusat perdagangan raja Inggris dengan arsitektur ciri khas yang mereka miliki.
Sayang dalam era modern, Liverpool masuk dalam daftar Warisan Dunia yang berada dalam bahaya lantaran masifnya pengembangan industri di tepi sungai Mersey, hingga memaksa UNESCO menghapus kota tersebut sebagai Warisan Dunia.
"Setiap penghapusan dari daftar Warisan Dunia adalah kerugian bagi komunitas internasional dan nilai-nilai dan komitmen bersama secara internasional di bawah Konvensi Warisan Dunia," sambung pernyataan itu.
Liverpool dianugerahi status Warisan Dunia pada tahun 2004. Kota tersebut bergabung dengan situs-situs seperti Taj Mahal di India, dan Tembok Besar China.
Ini menjadi situs ketiga yang kehilangan statusnya sejak daftar tersebut dimulai pada 1978. Dua situs Warisan Dunia yang kehilangan kelasnya adalah Oryx Arab di Oman pada 2007 dan Lembah Dresden Elbe yang terletak di Jerman.
Sementara itu, Wali Kota Liverpool Joanne Anderson menggambarkan keputusan UNESCO tidak dapat dipahami, dan sangat kecewa dengan ketetapan tersebut. "Saya sangat kecewa dan prihatin dengan keputusan untuk menghapus status Warisan Dunia Liverpool, yang terjadi satu dekade," kata Joanne Anderson menjelaskan.
Bagi Andersson klaim pencabutan UNESCO tidak masuk akal mengacu pada putusan pemerintah setempat untuk mengizinkan klub Liga Primer Inggris Everton mendirikan stadion baru.
"Aneh melihat UNESCO memilih Bramley Moore Dock tetap jadi gurun terlantar, daripada memberikan kontribusi positif bagi masa depan kota dan penduduknya. Kami akan bekerja dengan pemerintah untuk mencoba apakah kami dapat mengajukan banding," kata dia.
Everton berencana untuk memulai proyek stadion berkapasitas 52.888 orang di Bramley Moore Dock pada 26 Juli mendatang.
Klub berharap untuk pindah dari Goodison Park ke stadion baru mereka upada awal musim 2024/2025. Pihak the Toffees mengatakan, stadion baru diharapkan memberikan dorongan 1 miliar pounds untuk ekonomi kota, dan menyediakan hingga 15 ribu pekerjaan bagi masyarakat setempat.
Akan tetapi, saat diminta keterangan oleh Sky Spoets terkait permasalahan di atas manajemen Everton menolak berkomentar.