Rabu 21 Jul 2021 21:48 WIB

Pemerintah Godok Sistem Peningkatan Tes dan Pelacakan Covid

Luhut menyatakan, pemerintah akan memasifkan testing dan tracing dalam waktu dekat.

Rep: Rahayu Subekti, Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Petugas kesehatan bersiap sebelum melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Kota Tengah, Kota Gorontalo, Gorontalo. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin
Petugas kesehatan bersiap sebelum melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Kota Tengah, Kota Gorontalo, Gorontalo. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah saat ini tengah menyusun sistem peningkatan testing dan tracing pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sistem tersebut tidak hanya mekanismenya saja namun juga sembako yang disiapkan bagi keluarga yang anggota keluarganya harus diisolasi.

“Apabila ditemukan kasus setelah dilakukan testing, lalu dibawa ke isolasi kemudian pengobatan dijamin pemerintah dan keluarga diberikan sembako atau bantuan sosial dari pemerintah,” kata Luhut dalam konferensi video, Rabu (21/7) malam.

Baca Juga

Luhut memastikan, dalam waktu dekat peningkatan testing dan tracing akan dilakukan secara masif. Dengan begitu jika perpanjangan PPKM berjalan baik maka pelonggaran akan dilakukan pada 26 Juli 2021.

Luhut menegaskan, selain testing dan tracing, pemerintah juga akan terus mendorong upaya vaksinasi yang menyeluruh. “Seperti DKI Jakarta yang meninggal karena Covid-19 dan sudah divaksin itu sangat rendah. Angkanya dari 5,1 juta itu hanya 54 orang yang meninggal (karena sudah divaksin). Jadi ini angka hanya 0,21 persen. Rata-rata itu karena komorbid,” jelas Luhut.

Luhut mengharapkan, semua masyarakat menyadari masalah vaksin menjadi suatu hal yang pentin. Begitu juga dengan testing dan tracing yang sangat penting dalam mengatasi pandemi Covid-19 ditengah varian baru delta.

“Jika lebih awal bisa dideteksi sehingga bisa dirawat dengan bagus dan rata-rata penyembuhannya delapan hari dan tingkat penyembuhannya lebih cepat, tapi tingkat meninggalnya pun lebih cepat kalau penanganannya tidak cepat,” ungkap Luhut.

Sebelumnya, Luhut memastikan peningkatan testing dan tracing akan dilakukan di wilayah padat penduduk. Khususnya di wilayah aglomerasi seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, dan lainnya.

Sudah empat hari terakhir, angka kasus harian di bawah 50 ribu kasus per hari. Berturut-turut pada Jumat (16/7), penambahan kasus positif mulai mengalami penurunan menjadi sebesar 54 ribu dan pada Sabtu (17/7) kembali menurun menjadi 51.952 kasus.

Kemudian pada Ahad (18/7), Satgas melaporkan penambahan kasus positif yang juga menurun menjadi 44.721 orang. Bahkan pada Selasa (20/7) dilaporkan 'hanya' 38.325 kasus baru diumumkan satgas.

Namun tren penurunan kasus harian sejalan dengan jebloknya kapasitas testing. Jika dilihat dari pemeriksaan jumlah spesimen pada Selasa, tercatat mengalami penurunan dibandingkan pada hari-hari sebelumnya, yakni menjadi sebanyak 160.686 spesimen dari 127.461 orang. Sedangkan pada Ahad lalu, jumlah spesimen yang diperiksa sebesar 192.918 spesimen dari 138.046 orang.

Pada Sabtu kemarin, Satgas melaporkan jumlah spesimen yang diperiksa masih di atas 200 ribu spesimen yakni sebesar 251.392. Dan pada Jumat jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 258.532, serta pada Kamis atau saat kasus harian mencetak rekor tertingginya spesimen diperiksa sebanyak 249.059.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan, ada beberapa kemungkinan yang melatari turunnya jumlah spesimen yang diperiksa. Pertama, ujarnya, kapasitas testing yang memang menurun di setiap akhir pekan sebagai akibat dari liburnya beberapa laboratorium. Kedua, adanya penundaan pengiriman data dari laboratorium ke sistem data pemerintah.

"Ada delay input yang berasal dari lab ke dalam sistem data," kata Wiku dalam keterangan pers, Selasa (20/7).

photo
Infografis tata cara dapat obat gratis bagi pasien Covid-19 - (Republika)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement