Pemprov DIY: Banyak Pasien Covid-19 Pilih Isoman di Selter
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andri Saubani
Petugas memeriksa kelengkapan selter khusus untuk pasien Covid-19 di Rusunawa Bener, Yogyakarta. (ilustrasi) | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji menyebut, saat ini pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah sudah semakin berkurang. Ia menyebut, sudah banyak pasien yang lebih memilih isolasi di selter dibandingkan isoman di rumah.
"Semula jumlah sekitar 28 ribu orang lebih (yang isoman di rumah), per hari ini ada 25 ribu orang lebih. Penurunan ini berubah karena ada yang sembuh, tapi ada juga mereka memilih untuk pindah ke selter," kata Aji kepada wartawan dalam wawancara yang digelar secara virtual, Rabu (21/7).
Aji berharap agar masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 dapat memanfaatkan selter untuk menjalani isolasi. Pasalnya, kondisi pasien akan lebih terpantau oleh petugas kesehatan saat menjalani isolasi di selter dibandingkan isoman di rumah.
"Kalau sangat tidak terpaksa, saya mohon mereka yang isoman di rumah bisa pindah ke selter," ujar Aji.
Terkait dengan kebutuhan oksigen bagi pasien yang isoman di rumah, Aji menyebut, memang banyak yang kesulitan mendapatkan oksigen. Bahkan, hal ini juga terjadi di rumah sakit karena kebutuhan oksigen yang meningkat mengingat lonjakan kasus Covid-19 masih terus terjadi di DIY.
Walaupun begitu, jika isolasi dilakukan di shelter, kata Aji, maka kebutuhan oksigen untuk pasien Covid-19 masih dapat tercukupi. "Kalau isoman di rumah dan membuthkan oksigen, maka pindah ke shelter saja supaya bisa dibantu kebutuhan oksigennya. Kita juga akan mendorong tempat-tempat pengisian oksigen di DIY selama ini memberikan isi ulang (di tingkat agen kecil) itu agar dipenuhi juga kebutuhannya," jelasnya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY pun sebelumnya juga sudah menyebut bahwa meningkatnya pasien Covid-19 yang meninggal saat isoman di rumah dikarenakan persyaratan isolasi yang tidak dilakukan dengan tepat. Salah satunya karena lebih banyak pasien yang memilih isoman di rumah dibanding shelter.
Padahal, kata Kepala Dinkes DIY, Pembayun Setyaningastutie mengatakan, dengan menjalani isolasi di shelter kondisi pasien akan terus diawasi. Sementara, saat menjalani isolasi mandiri di rumah tidak ada pengawasan dan pengelolaan yang baik terhadap pasien.
Bahkan, lebih parahnya ada pasien yang tidak melapor ke puskesmas. Sehingga, tidak ada pengawasan dari puskesmas yang membuat kondisi pasien menjadi memburuk dan akhirnya meninggal dunia saat isoman di rumah.
"Pelayanan terhadap yang sakit harus dilakukan hati-hati, ini persyaratan yang vital untuk mengelola seseorang yang terkonfirmasi positif di rumah. Kalau tidak dipahami dan tidak dijalankan dengan benar, maka akan memperburuk keadaan yang bersangkutan," kata Pembayun beberapa waktu lalu.