Kamis 22 Jul 2021 10:19 WIB

Pejabat Jangan Hanya Minta Maaf, Tapi Perbaiki Kinerja

Karena maaf yang berulang atas inkompetensi serupa membuat kepercayaan publik anjlok.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Karta Raharja Ucu
Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan.
Foto: Dok Kemenko Marinves
Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad), Justito Adiprasetio, menganalisa permintaan maaf Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Menurutnya, permintaan maaf pejabat mestinya diiringi perbaikan kinerja.

Justito menilai permintaan maaf adalah representasi dari itikad baik. Walaupun memang belum sampai pada pertanggungjawaban pada publik untuk resignasi dari jabatannya.

Baca Juga

"Apa yang kita harapkan tentu permintaan maaf tersebut dilanjutkan dengan langkah progresif terkait pandemi, pengakuan kesalahan adalah arah untuk perbaikan kesalahan, jadi maaf tidak boleh hanya sekadar performativitas belaka. Itu yang kita tuntut," kata Justito kepada Republika.co.id, Rabu (21/7).

Justito menekankan kejujuran amat penting, termasuk bagi para pejabat. Sehingga publik bisa sebaliknya, jujur dan ikut berpartisipasi dalam program pemerintah. Inilah yang menurutnya tak sinkron di awal pandemi Covid-19.

"Mulai dari kesalahan fokus, kita lihat skala prioritas yang diiringi dengan kesalahan komunikasi publik," kata dia.

Ia berkata, banyak rekam jejak dari pejabat publik yang seolah menyepelekan hingga tidak tepat konteks. Hal yang menciptakan implikasi, pertama publik mengalami kebingungan dalam merespon pandemi, termasuk menyepelekannya. "Kedua, publik mengalami penurunan kepercayaan terhadap pemerintah," ujar Justito.

Penurunan kepercayaan terhadap pemerintah dinilai membuat disinformasi dan teori konspirasi bertebaran. Ia menyarankan pejabat membuat kebijakan konkret setelah permintaan maaf.

"Karena maaf yang berulang atas inkompetensi yang sama, akan membuat kepercayaan publik anjlok," ucap Justito.

Justito mengingatkan roda ekonomi kelas bawah sangat terhambat selama pandemi. "Perut-perut lapar itu bukan soal citra, tapi hal yang sama sekali nyata. Kita tentu tidak menginginkan adanya demonstrasi besar pada saat pandemi seperti ini. Perut yang lapar tidak bisa dibendung," kata Justito.

Sebelumnya, Luhut minta maaf jika pelaksanaan PPKM Darurat hingga saat ini belum optimal. Namun, sebagai koordinator PPKM Jawa-Bali, ia juga meminta masyarakat kompak dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Dari lubuk hati yang paling dalam saya ingin meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia jika dalam penanganan PPKM Jawa-Bali ini masih belum optimal," ujar Luhut dalam konferensi pers secara daring, Sabtu (17/7).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement