REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Pagi belum lagi terang, semburat cahaya kemerahan matahari menyamarkan gerakan beberapa prajurit yang mengendap di antara pepehonan hutan Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi, Jatim.
Personel Batalyon Intai Ampibi (Yontaifib) Korps Marinir, bersama sejumlah prajurit United State Marines Corps (USMC) Reconnaissance Unit menjelajah kawasan itu dalam misi pengejaran sekelompok orang bersenjata.
Selama berhari-hari, dengan penuh kesabaran, dan kewaspadaan, mereka bergerak senyap menembus pekatnya hutan. Mampu bertahan hidup di hutan tropis merupakan standar kualifikasi setiap prajurit Taifib, dan ini menjadi pengalaman berharga bagi personel Marinir AS yang terlibat latihan.
Mengolah hutan dan isinya menjadi sumber makanan adalah hal mendasar, terutama mengenali flora, dan fauna yang dapat dikonsumsi secara efektif dan aman.
Latihan bersama Jungle Survival dengan sandi Reconex-21-II, di Pusat Latihan Pertempuran Marinir (Puslatpurmar) 7 Lampon, Banyuwangi, selama 15 hari itu guna menguji kemampuan pasukan khusus kedua negara, baik aspek darat, maupun laut.
Puncak latihan, ditandai adanya info penyaderaan VVIP oleh sekelompok orang bersenjata. Maka dalam waktu singkat pasukan elit gabungan bergerak taktis dan cepat untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Diawali penyusupan pantai, kemudian menurunkan pasukan dari helikopter menggunakan tali (fastrope), hingga penyergapan kilat yang melumpuhkan para pelaku teror.
Menurut Komandan Korps Marinir Mayor Jendral TNI (MAR) Suhartono latihan tersebut bertujuan meningkatkan interoperabilitas dan kemampuan Satuan Intai Amfibi Korps. Diharapkan latihan gabungan ini dapat mempererat hubungan persaudaraan antar pasukan dari kedua negara, sehingga kerja sama bilateral bidang pertahanan Indonesia dan Amerika Serikat (Military To Military) terus berlanjut.