REPUBLIKA.CO.ID, YOKOHAMA -- Duel sarat gengsi bakal mengawali laga pembuka cabang olahraga (cabor) sepak bola putra Olimpiade Tokyo 2020. Pada gim pertama Grup D, timnas Brasil kembali bertemu rival bebuyutan, Jerman, di Stadion Internasional Yokohama, Jepang, Kamis (22/7) petang WIB.
Ini menjadi laga flash back bagi kedua kesebelasan. Brasil dan Jerman menjadi finalis gelaran Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu. Saat itu, Brasil yang masih diperkuat Neymar Jr keluar sebagai pemenang melalui adu penalti dengan skor akhir 5-4 di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil.
Tak hanya itu, Selecao, julukan Brasil, juga sukses mendapatkan trofi emas perdana dalam sejarah cabor sepak bola Olimpiade. Alhasil, dalam pertemuan versus Jerman nanti, Brasil punya ambisi untuk bisa mempertahankan sekaligus menambah koleksi medali emas Olimpiade.
Salah satu penggawa senior di timnas Brasil, Dani Alves, mengatakan timnya mengusung misi mempertahankan medali emas Olimpiade. Selecao bertekad untuk tampil sebaik mungkin di sepanjang kejuaraan.
"Kami merupakan sekumpulan pemain yang baru mencicipi kejuaraan Olimpiade. Tapi, kami tetap fokus pada misi mempertahankan medali emas," kata Alves dikutip laman resmi FIFA, Rabu (21/7).
Mantan pemain Barcelona dan Paris Saint-Germain (PSG) itu mengemban tugas berat sebagai pemain paling senior di tim besutan Andre Jardine. Terlebih ia dipastikan menjadi mentor untuk Richarlison dkk.
Pada momen Olimpiade Tokyo 2020 tak begitu banyak nama spesial yang mejeng di dua kesebelasan. Beberapa pemain bintang seperti Neymar, Fabinho, Roberto Firmino, Casemiro, Marquinhos, dan Gabriel Jesus absen dari skuad Kenari Kuning.
Hal yang sama juga diikuti Jerman. Tak ada nama Timo Werner, pun Kai Haverzt. Ajang Olimpiade ini memang lebih diperuntukkan kepada bakat-bakat muda terbaik dari masing-masing negara.
Sebagai pengganti Neymar dkk, pelatih Andre Jardine mengantongi dua nama penyerang yang bermain di Liga Primer Inggris, Gabriel Martinelli asal Arsenal dan Richarlison milik Everton.
Selain kedua penyerang tersebut terselip nama Matheus Cunha yang menjalani musim sangat baik di Bundesliga Jerman bersama Hertha Berlin. Musim lalu, pemain usia 22 tahun itu finis sebagai pencetak gol terbanyak pada turnamen Toulon 2019 dan turnamen Pra-Olimpiade Conmebol 2020.
"Cunha bekerja terus-menerus dengan baik dan keras untuk meningkatkan levelnya. Dia sangat ingin belajar dan terbuka untuk meningkatkan ide permainannya," kata Andre Jardine.
Di kubu lawan, Jerman jelas bakal menerapkan misi balas dendam. Kekalahan pada 2016 menjadi memori yang tidak bakal ingin diulangi kembali.
Die Mannschaft, julukan Jerman, juga tak dihuni pemain bertabur bintang. Pelatih asal Tembok Berlin, Stefan Kunz, mengambil tiga jatah pemain senior, yakni Nadiem Amiri, Maximilian Arnold, serta Max Kruse.
Intensitas gol yang begitu produktif Max Kruse bersama Union Berlin dengan 11 gol bisa menjadi andalan Kunz di lini depan der Panzer. "Untuk 19 pemain dan seluruh staf tim, menjadi bagian dari Jerman di Tokyo merupakan pengalaman yang spesial," kata Kunz.
Nantinya kedua tim bakal menerapkan formasi yang berbeda. Brasil di bawah besutan Andre Jardine diprediksi mengusung formasi 4-3-3 mengandalkan trio Cunha, Martinelli, dan Richarlison. Sementara, Jerman identik menerapkan pakem 4-2-3-1.
Selain Brasil dan Jerman, Grup D cabor sepak bola putra Olimpiade Tokyo 2020 juga diisi oleh dua tim lain yakni Arab Saudi dan Pantai Gading.