REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga pakan unggas dalam beberapa waktu terakhir menyentuh Rp 8.000 per kilogram (kg), bahkan lebih. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, pemerintah tengah mencari alternatif bahan baku impor agar harga pakan unggas dalam negeri bisa diturunkan.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, Oke Nurwan, mengatakan, pemerintah tengah berupaya untuk bisa mendapatkan bahan baku pakan unggas dari pasokan impor. Salah satunya, yakni distillers dried grains with solubles (DDGS) atau bungkil kedelai sebagai substitusi dari komoditas jagung.
Kemendag sudah melakukan penjajakan melalui US Grains Council untuk bisa mendapatkan bahan baku pakan demi membantu peternak. "Diharapkan itu menjadi solusi penyediaan bahan baku saat ini karena pakan masuk komoditas supercycle. Harganya tinggi," kata Oke dalam webinar Pusat Kajian Pertanian dan Advokasi, Kamis (22/7).
Oke menuturkan, opsi impor bahan baku itu tentunya akan dilakukan lewat penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ia menjelaskan, sejauh ini di tengah tingginya harga pakan unggas pemerintah belum mengambil langkah penugasan impor karena harus memastikan ketersediaan bahan baku yang siap didatangkan.
Namun, ia pun mengakui belum ada konsep penugasan yang lengkap kepada BUMN dalam hal importasi bahan baku pakan ternak. "Yang jelas ini perlu diperkuat karena harga dibentuk oleh mekanisme pasar dan intervensi yang bisa dilakukan adalah melalui penugasan BUMN," ujar Oke.
Diketahui, kenaikan harga pakan ternak dipicu oleh meningkatnya harga bahan baku yang digunakan untuk produksi. Baik bahan baku yang selama ini berasal dari impor maupun bahan baku lokal, yakni jagung.