REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PARIAMAN— Jamaah Tarekat Syattariyah di Kabupaten Padang Pariaman, dan beberapa daerah lainnya di Sumatra Barat (Sumbar) merayakan Idul Adha 1442 Hijriyah hari ini, Kamis (22/7).
Salah seorang Ulama Sattariyah, Tuanku Ahmad Yusuf, mengatakan Tarekat Syattariyah punya tersendiri dalam menentukan jatuhnya 10 Dzulhijah.
"Memang ada perbedaan cara hitung jatuhnya 10 Dzulhijah dengan ketetapan dari pusat. Kita menghitungnya dari awal Muharram tahun ini," kata Ahmad Yusuf.
Ahmad menjelaskan sesuai pedoman ajarannya setiap bulan dan tahun itu memiliki hurufnya masing-masing sehingga jumlah dari kedua huruf tersebut menjadi penentu awalnya 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijah.
Perbedaan ini, kata dia, tidak hanya kerap terjadi pada perayaan Idul Adha. Namun juga saat penentuan awal Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Ahmad mengatakan Hari Raya Qurban 2021 ini cukup unik karena jaraknya dua hari lebih lama.
"Memang ada perbedaan dengan pemerintah dan Muhammadiyah, namun setau saya biasanya jaraknya hanya satu hari saja, tapi tentu ini tak jadi soal," ucap dia.
Menanggapi perbedaan tersebut, Ahmad Yusuf mengatakan agama Islam tidak memiliki peraturan yang baku dan terikat dalam penentuan hari raya.
Menurut dia, perbedaan ini jangan menjadi celah untuk saling menghina, terutama antarsesama agama Islam.
Setelah pelaksanaan sholat Idul Adha secara berjamaah, dilanjutkan dengan pemotongan hewan qurban yang dilakukan di masjid atau mushala masing-masing.
Untuk qurban, mereka menurut Ahmad juga memperoleh lima ekor sapi dan satu ekor kambing dari Ikatan Perantau Kampung Koto Jakarta yang akan disembelih secara bersama-sama dengan hewan kurban lainnya.