REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kerajaan Arab Saudi terus berupaya mendiversifikasi ekonominya dari hanya bergantung dengan bahan bakar fosil. Sektor pariwisata disebut akan ditingkatkan, lebih dari wisata religi secara seperti haji dan umroh yang sudah berjalan.
Kerajaan disebut memiliki rencana memanfaatkan pasar wisata di luar haji dan umroh. Hal ini diyakini sebagai bagian dari realisasi visi 2030 dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) untuk mengembangkan ekonomi di luar pendapatan minyak.
Kebijakan ini dimulai sejak September 2019, Arab Saudi memperkenalkan e-visa turis yang ditujukan menarik pengunjung non-Muslim. Tapi pandemi Covid-19 menghentikan industri pariwisata global tahun lalu. Pembatasan pandemi bahkan juga memukul industri pariwisata religi yang sudah stabil di Saudi.
“Jelas, ini satu tahun lagi. Bisnis ziarah dihentikan bersama dengan sektor petualangan dan pariwisata budaya yang lebih baru,” kata konsultan pariwisata yang berbasis di Jeddah Chris Rosenkrans, dilansir di Aljazirah, Kamis (22/7).
Bagi pemandu wisata yang berbasis di Jeddah, Samir Komosani, sulit melihat negaranya tertutup bagi pengunjung internasional. “Negara besar yang indah ini memiliki begitu banyak hal untuk ditawarkan kepada pengunjung dan saya senang berbagi rahasia tersembunyinya,” katanya.
“Saya pikir saat Covid-19 mereda, kita akan melihat orang-orang dari seluruh dunia datang ke Arab Saudi," tambahnya.