Kamis 22 Jul 2021 23:06 WIB

3 Kisah Qurban Umat Manusia yang Diabadikan dalam Alquran

Alquran mengabadikan kisah pengurbanan sebagai pembelajaran umat

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Alquran mengabadikan kisah pengurbanan sebagai pembelajaran umat, Ilustrasi qurban
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Alquran mengabadikan kisah pengurbanan sebagai pembelajaran umat, Ilustrasi qurban

REPUBLIKA.CO.ID, — Ustadz Hannan Attaki membeberkan tiga cerita qurban yang terdapat dalam Alquran.  

Alumni Universitas Al Azhar Mesir itu menjelaskannya dalam ceramah Senandung InsyaAllah Qurban dan takbir oleh Human Inittiative. Kisah yang pertama, kisah Habil dan qabil dalan Al Maidah ayat 27. Dalam kisah ini pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa Allah SWT hanya menerima qurban dari orang yang bertakwa. 

Baca Juga

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka (qurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, "Sungguh, aku pasti membunuhmu!" Dia (Habil) berkata, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa." 

Karena sesungguhnya tidak akan sampai kepada Allah daging dan darah hewan itu. Namun yang sampai adalah ketakwaan yang ada dalam hati.  

"Syarat ketakwaan itu ikhlas. Dan dalam qurban itu ada ujian keikhlasan. Berqurban bisa jadi terang-terangan dengan niat syiar penyemangat yang lain dengan siaran langsung," ujar dia. 

Namun Ustadz Hannan mengingatkan agar hati-hati jangan sampai pelaksanaannya terjebak riya. Bukannya ingin mendapatkan like dan review dari Allah justru ingin dapat dari manusia.  

Kisah kedua adalah pengurbanan sapi betina oleh Bani Israil. Dalam Al Baqarah ayat 67-68, hikmah qurban di sini adalah apapun masalahnya, solusinya adalah ketaatan kepada Allah SWT.  

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً ۖ قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۖ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ.قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَٰلِكَ ۖ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ 

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi betina.Mereka bertanya, Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan? Dia (Musa) menjawab, "Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh. 

Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu. Dia (Musa) menjawab, "Dia (Allah) berfirman bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” 

Ayat ini menjelaskan bagaimana melibatkan Allah baik hal pribadi, keluarga, maupun bangsa dan negara. Jalan keluarnya adalah dengan taat kepada Allah SWT. 

Taat pada Allah maka akan mudahkan kesusahan, hapus dosa dan lipat gandakan pahala. Menyembelih qurban merupakan sekian contoh syariat belajar taat tanpa banyak membantah.

Ketiga, seperti halnya kisah Nabi Ibrahim yang diperintah untuk menyembelih anaknya Ismail. 

Maka Nabi Ibrahim juga melakukan perbuatan baik tersebut dengan cara yang ihsan. Dalam As Saffat ayat 102 disebutkan: 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Dalam ayat tersebut, Nabi Ibrahim tidak langsung menyembelih Ismail. Tetapi beliau bertanya kepada anaknya.  

Dia ingin melihat sejauh mana ketakwaan Ismail dan keikhlasannya menjalankan perintah Allah tanpa paksaan dari ayahnya. Sehingga apapun yang akan dilakukan akan berjalan dengan baik dan tidak menyakitkan seperti menyembelih hewan qurban dengan pisau yang tajam dan sekali tebas. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement