REPUBLIKA.CO.ID, — Pada suatu hari seorang ulama besar Salim bin Abdullah sedang bertawaf sekitar Ka'bah.
Lalu, dia berjumpa dengan Amirul Mukminin Hisyam bin Abdul Malik yang terlihat gagah dengan kemegahan dunia yang menempel di badannya.
"Hisyam adalah khalifah Bani Umayyah," tulis Syekh Ibnu Hasan Bisry at-Turjani dalam karya tulisnya Ulama yang Mukhlis.
Hisyam berkata kepada ulama besar itu. "Ya Salim, mintalah kepadaku apa saja yang engkau kehendaki," kata Hisyam membuka pembicaraan.
Kata Hisyam, "Aku akan memberikan apa yang kau minta!"
Meski sebenarnya tawaran itu merendah derajatnya sebagai ulama, Salim tidak menghardiknya. Seorang wali ini menjawab dengan hikmah. "Ya Amirul Mukminin, aku malu meminta kepada selain dari Allah dari rumah Allah."
Sesudah Salim bin Abdullah berada di luar masjid, ternyata khalifah Bani Umayyah itu masih mengikutinya. Dan lagi-lagi dia berkata lagi kepada Salim. "Kini engkau telah berada di luar Baitullah. Mintalah apa yang kau inginkan," desak Hisyam.
Masih dengan tenang, Salim bin Abdullah akhirnya balik bertanya. "Ya Amirul Mukminin, Tuan ingin aku minta kebutuhan dunia atau akhirat?"
Jawab khalifah, "Engkau boleh meminta kebutuhan dunia karena aku tidak memiliki kebutuhan akhirat," katanya.
Kini Salim menberikan jawaban tegas bahwa Hisyam sesungguhnya bukan siapa-siapa di dunia ini. Lalu, mengapa dengan sombong menawari sesuatu? Padahal, segala sesuatu itu adalah milik Allah.
"Ya Amirul Mukminin, kalau aku malu meminta soal kebutuhan dunia kepada Allah yang memilikinya, bagaimana aku akan minta kepada Tuan, sedangkan Tuan bukan pemilik dunia."
Mendengar jawaban itu, khalifah tidak tersinggung, tetapi justru kagum dengan pendirian ulama di hadapannya ini. Hisyam berpikir, ulama seperti ini sungguh sangat langka.
Kebanyakan orang ulama yang ada di sekitar dirinya adalah para ulama yang berlomba-lomba mengambil hatinya dengan nasihat-nasihat yang membosankan demi dunia.