Jumat 23 Jul 2021 14:35 WIB

Unjuk Rasa Memprotes Krisis Air di Iran Meluas

Aksi protes yang dipicu krisis air di provinsi Khuzestan barat daya Iran berlanjut

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi demonstrasi di Iran.
Foto: AP/Vahid Salemi
Ilustrasi demonstrasi di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Aksi protes yang dipicu oleh krisis air di provinsi Khuzestan barat daya Iran berlanjut selama delapan malam berturut hingga Kamis (23/7) waktu setempat. Aksi protes juga meluas ke provinsi tetangga Lorestan.

Demonstrasi dimulai pada 15 Juli yang awalnya terkonsentrasi di wilayah mayoritas Arab di Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut merupakan rumah bagi etnis Arab yang telah lama mengeluhkan diskriminasi di Iran. Namun demonstrasi telah menyebar ke lebih banyak kota di Khuzestan, serta ke provinsi Lorestan barat.

Baca Juga

Sebuah video di media sosial menunjukkan demonstran berunjuk rasa di kota Aligudarz di Lorestan. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan menentang otoritas tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.

Menurut video tersebut, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di kota. "Ini Aligudarz pasukan keamanan menembaki orang biasa," kata seorang pria dalam satu video yang beredar di media sosial seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Jumat (23/7).

Di provinsi Khuzestan, demonstrasi berlanjut di beberapa kota besar dan kecil, termasuk ibu kota provinsi Ahwaz dan kota pelabuhan Mahshahr. Pasukan keamanan juga dilaporkan menembaki pengunjuk rasa di Mahshahr. Namun keaslian laporan dalam video belum dapat diverifikasi secara independen.

Ada penurunan penting dalam jumlah video yang dibagikan secara daring dari Khuzestan dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Aktivis telah menghubungkan ini dengan pihak berwenang yang mengganggu akses internet di wilayah tersebut. Perusahaan pemantau internet global NetBlocks mengatakan pada Rabu (21/7) bahwa layanan internet ponsel di Iran telah terganggu sejak 15 Juli atau hari pertama protes.

"Data jaringan dari NetBlocks mengonfirmasi gangguan regional yang signifikan terhadap layanan internet seluler di Iran mulai Kamis 15 Juli 2021, berlangsung hampir sepekan kemudian pada Rabu 21 Juli 2021," katanya.

Pihak NetBlocks menambahkan efeknya mewakili penghentian internet hampir total yang kemungkinan akan membatasi kemampuan publik untuk mengekspresikan ketidakpuasan politik atau berkomunikasi satu sama lain dan dunia luar. Pada November 2019, Iran juga menutup akses ke internet selama beberapa hari di tengah meluasnya protes anti-pemerintah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement