REPUBLIKA.CO.ID, PORT MORESBY - Menteri Kesehatan (Menkes) daerah otonomi Bougainville dilaporkan hilang bersama keluarganya setelah kapal yang mereka naiki tenggelam di laut lepas pantai Papua Nugini selama akhir pekan lalu. Pihak berwenang masih mencari kapal menteri dan keluarganya hingga kini.
Menkes Charry Napto, istri, dan putranya termasuk di antara tujuh orang di atas banana boat yang melakukan perjalanan ke Pulau Nissan dari Buka, ibu kota Bougainville, pada Sabtu pekan lalu. Tiga orang lainnya, termasuk seorang teknisi dari perusahaan Telekomunikasi Digicel, masih hilang.
Seperti dilansir laman The Guardian, satu-satunya penumpang kapal yang selamat adalah seorang guru. Menurut keterangannya, kapal itu menghadapi laut yang ganas dan mulai tergenang air sebelum tenggelam hanya 150 meter dari Pulau Nissan. Dia kemudian berenang ke Pulau Pinepal, 15 kilometer dari Nissan.
Korban selamat ditemukan oleh penduduk setempat di Pinepal. Dia tidak dapat mengatakan apa yang terjadi pada penumpang lain. Insiden itu tidak dilaporkan ke polisi atau Direktorat Bencana hingga Senin. Tim penyelamat masih mencari korban selamat tetapi sejauh ini tidak menemukan tanda-tanda keberadaan kapal tersebut.
Direktur Bencana Bougainville John Imaka mengatakan pelaut harus mencari tahu tentang cuaca sebelum mereka melakukan perjalanan. "Masyarakat Bougainville harus mendapatkan informasi dari kantor bencana tentang kondisi cuaca, gelombang, dan arus sebelum mereka melakukan perjalanan," katanya.
"Semua kapal yang pergi ke atol, mereka harus diberi sanksi oleh kantor bencana sebagai tindakan pengendalian sampai kami membuat sistem yang mempertahankan waktu pencarian dan penyelamatan," ujarnya menambahkan.
Bougainville adalah wilayah otonomi kepulauan utama yang merupakan bagian dari Papua Nugini. Wilayah itu sebelumnya merupakan daratan utama di Solomon Utara yang terkait dengan Kekaisaran Jerman.
Pada 2019, referendum kemerdekaan di Bougainville dilaksanakan. Bougainville berjarak sekitar 1.000 kilometer di barat Port Moresby.
Dari tahun 1880-an hingga Perang Dunia I, Bougainville adalah bagian dari daerah penjajahan Jerman. Setelah perang, Australia menduduki pulau itu. Pada 1975 Bougainville diserahkan kepada Papua Nugini. Namun banyak warganya yang ingin membentuk negara merdeka dan melakukan perlawanan bersenjata.