Jumat 23 Jul 2021 19:28 WIB

Hakikat Kematian Menurut Ulama Turki Syekh Said Nursi

Said Nursi menyatakan hakikat kematian bukanlah akhir perjalanan manusia

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Said Nursi menyatakan hakikat kematian bukanlah akhir perjalanan manusia. Ilustrasi kematian
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Said Nursi menyatakan hakikat kematian bukanlah akhir perjalanan manusia. Ilustrasi kematian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kematian adalah takdir seluruh makhluk yang bernyawa, seperti manusia, jin, hewan, dan makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya. Kematian tidak bisa dihindari dan tidak ada manusia yang bisa lari darinya.

Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan, kematian merupakan petunjuk atas rububiyah. Lewat rahasia bunyi ayat Alquran الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ “Dzat yang telah menciptakan kematian dan  kehidupan” (QS Al Mulk 2 ) dapat dipahami  bahwa kematian merupakan dalil keesaan yang sangat kuat sama seperti kehidupan.

Baca Juga

“Kematian bukanlah ketiadaan, kebinasaan, kefanaan, kesia-siaan, atau kehancuran alamiah tanpa ada pelaku. Tetapi ia adalah pembebasan tugas dari Pelaku Yang Mahabijak,” kata Nursi dikutip dari bukunya yang telah dialihbahasakan berjudul “Jendela Tauhid”, Jumat (23/7).

Menurut Nursi, kematian adalah perpindahan tempat, pergantian tubuh dengan tubuh yang lain, tanda berakhirnya tugas hidup, pembebasan dari penjara fisik, dan penciptaan teratur yang baru sesuai dengan  hikmah Ilahi, seperti yang  telah dijelaskan Nursi pada  “Surat Pertama” dalam buku al-Maktubat.

“Ya, sebagaimana makhluk hidup yang tersebar di seluruh bumi dengan kehidupannya menjadi petunjuk atas keberadaan dan keesaan Sang Pencipta Yang Mahabijak, maka dengan kematiannya mereka juga menjadi saksi atas keabadian dan keesaan Dzat Yang Mahahidup dan Abadi,” jelas Nursi.

Sebagaimana keberadaan makhluk hidup menunjukkan keberadaan Sang Pencipta Yang Mahahidup, lanjut Nursi, maka kematian mereka juga menjadi saksi atas keabadian dan keesaan Dzat Mahahidup Yang Mahaabadi.

“Bukti atas hal tersebut adalah permukaan bumi. Tatanan menakjubkan yang mengendalikan seluruh bumi dan yang dapat kita lihat dengan jelas menjadi saksi yang jujur atas keberadaan Pencipta Yang Mahakuasa,” tulisnya.

Ketika salju menutupi permukaan bumi di musim dingin, dan makhluk hidup yang ada di atasnya semuanya mati, maka pemandangan kematian mengalihkan pandangan manusia ke arah yang jauh. Ia berfantasi pergi jauh ke masa lalu yang memuat “jenazah” setiap musim semi yang telah berlalu.

Menurut Nursi, pada saat itulah tersingkap pemandangan kematian dan kehidupan dalam bentuk yang lebih luas daripada yang tampak sekarang. 

Pasalnya, setiap musim semi yang berlalu di mana jumlahnya tak terhingga memuat berbagai mukjizat  qudrah Ilahi sepenuh bumi. Hal itu memperingatkan manusia mengenai datangnya sejumlah entitas yang akan hidup dan memenuhi bumi pada musim semi yang akan datang.

Dengan ini, maka dapat diketahui bahwa kematian musim semi menjadi saksi yang jujur, dalam skala yang sangat besar dan dalam bentuk yang sangat menakjubkan, atas keberadaan dan keesaan Sang Pencipta Yang Mahaagung, Mahakuasa Yang Mahasempurna, Mahahidup Yang Berdiri Sendiri dan Cahaya Abadi.

Nursi menambahkan, kematian ini memperlihatkan sejumlah petunjuk cemerlang sampai pada tingkat yang memaksamu untuk mengucap secara spontan, “Aku beriman kepada Allah Yang Maha Esa.”  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement