Jumat 23 Jul 2021 22:05 WIB

Kanada Disebut Praktikkan Diskriminasi Vaksin

Hanya orang asing dengan vaksin tertentu yang diizinkan masuk Kanada

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Christiyaningsih
Penumpang di Bandara Pearson, Toronto, Kanada, 1 Februari 2021.
Foto: REUTERS/Carlos Osorio
Penumpang di Bandara Pearson, Toronto, Kanada, 1 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Kanada membuka kembali perbatasannya bagi mereka yang divaksinasi penuh terhadap Covid-19 pada September nanti. Akan tetapi langkah itu menimbulkan pertanyaan karena menimbulkan masalah diskriminasi.

Turis internasional akan diizinkan masuk Kanada mulai 7 September tanpa harus dikarantina. Namun mereka wajib divaksinasi dengan salah satu dari empat vaksin yang disetujui oleh Health Canada yakni Pfizer, Moderna, AstraZeneca, atau Johnson & Johnson.

Baca Juga

Kebijakan itu berpotensi menjadi diskriminasi. Sebab ada jutaan orang di seluruh dunia yang telah divaksinasi dengan vaksin lain yang belum disetujui Kanada. Padahal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui dua vaksin lain yang tidak ada dalam daftar Kanada yaitu Sinovac dan Sinopharm.

Salah satu warga Kanada yang khawatir akan diskriminasi vaksin ialah Maira Quintanilha yang tinggal di Edmonton. Quintanilha telah terpisah dari orang tuanya yang tinggal di Brasil selama 18 bulan terakhir. Sempat ada harapan mereka bisa bertemu lagi ketika orang tuanya mendapat vaksinasi penuh di musim semi.

"Saya percaya itu akan menjadi salah satu hal yang akan membantu kami bersatu kembali tanpa harus melalui rintangan tambahan untuk datang ke Kanada," kata Quintanilha dilansir Globalnews pada Jumat (23/7).

Sayangnya, orang tua Quintanilha menerima dua dosis Sinovac, jenis vaksin yang tidak disetujui di Kanada. Ia mengatakan Sinovac merupakan satu-satunya vaksin yang tersedia bagi orang tuanya di Brasil.

"Kami percaya itu bukan yang terbaik bagi mereka sebagai individu, tetapi berpikir secara kolektif, itu masih berharga," ujar Quintanilha. Sekarang, Quintanilha tidak yakin apakah dan kapan keluarganya dapat bersatu kembali.

Menteri Kesehatan Kanada Patty Hajdu mengatakan warga Kanada telah membuat banyak pengorbanan selama pandemi. Karena itu, pemerintah Kanada berhati-hati dengan vaksinasi apa yang diterima seseorang sebagai bukti vaksinasi di perbatasan negara.

"Pendekatan yang kami ambil ini benar-benar dibangun untuk melindungi apa yang telah kita buat dan menggunakan ilmu pengetahuan dan bukti terbaik untuk membuat keputusan ini ke depan," ucap Hajdu.

Profesor bioetika dan kesehatan global di University of Toronto, Kerry Bowman, mengatakan cara pemikiran pemerintah Kanada bermasalah. Bowman berpendapat vaksin non-Kesehatan Kanada lainnya yang digunakan di seluruh dunia saat ini, seperti Sputnik V, tergolong aman dan efektif.

"Kanada berkontribusi terhadap masalah ini dengan memiliki daftar pendek tentang vaksin apa yang ingin diterima. Dalam beberapa bulan ke depan, dan mungkin bertahun-tahun ke depan, ini akan menjadi lebih bermasalah. Ini benar-benar tidak adil (untuk) orang yang datang ke Kanada," ucap Bowman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement