Jumat 23 Jul 2021 22:13 WIB

Kasus Covid di Singapura, 3/4 Penderitanya Sudah Divaksinasi

Orang yang telah divaksin tidak mengalami sakit parah ketika terinfeksi covid-19.

Vaksinator mempersiapkan vaksin Covid-19 sebelum diberikan kepada warga (ilustrasi).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Vaksinator mempersiapkan vaksin Covid-19 sebelum diberikan kepada warga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Orang-orang yang sudah divaksinasi menyumbang tiga perempat kasus infeksi COVID-19 di Singapura. Data ini dihimpun dalam empat pekan terakhir. Namun, mereka yang terinfeksi ini tidak mengalami sakit parah.

Program vaksinasi yang cepat di negara itu membuat jumlah orang yang belum divaksinasi makin sedikit. Data menunjukkan vaksin sangat efektif mencegah kasus yang parah.

Baca Juga

Data juga mengungkap adanya risiko penularan pada mereka yang telah menerima vaksin, sehingga vaksinasi saja tidak cukup untuk menghambat transmisi virus. Dari 1.096 kasus penularan lokal di Singapura dalam 28 hari terakhir, 484 (44 persen) di antaranya berasal dari orang yang sudah divaksinasi penuh, 30 persen dari orang yang divaksinasi sebagian, dan 25 persen belum divaksin.

Sementara itu, ada tujuh kasus serius yang memerlukan bantuan oksigen, dan satu kasus dirawat intensif. Tak seorang pun dari kedelapan pasien itu sudah divaksinasi secara penuh, kata kementerian kesehatan.

"Ada bukti berkelanjutan bahwa vaksinasi membantu mencegah keparahan penyakit jika penerimanya tertular," kata kementerian.

Infeksi bukan berarti vaksin tak efektif

Menurut para pakar, infeksi pada orang yang telah divaksinasi tidak berarti vaksin tidak efektif. "Ketika makin banyak orang divaksinasi di Singapura, kita akan melihat lebih banyak kasus infeksi di antara penerima vaksin," kata Teo Ying Ying, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di Universitas Nasional Singapura (NUS).

Singapura sudah menginokulasi hampir 75 persen dari 5,7 juta penduduknya. Angka ini  tertinggi kedua setelah Uni Emirate Arab. Setengah dari populasinya sudah menerima vaksinasi penuh.

Ketika negara-negara dengan program vaksinasi yang sudah maju bersiap hidup berdampingan dengan COVID-19 sebagai penyakit endemik, fokus mereka beralih kepada pencegahan kematian dan kasus serius lewat vaksinasi. Namun mereka masih bergumul dengan masalah bagaimana membedakan kebijakan kesehatan publik, seperti pemakaian masker di antara mereka yang sudah divaksin dan yang belum.

Singapura dan Israel, contohnya. Baru-baru ini negara tersebut memberlakukan lagi sejumlah pembatasan untuk memerangi lonjakan infeksi yang dipicu varian Delta yang sangat menular. Sementara Inggris mencabut hampir semua pembatasannya pekan ini meski jumlah kasus masih tinggi.

"Kita harus menerima (fakta) bahwa semua dari kita akan menghadapi pembatasan, divaksin atau tidak divaksin," kata Peter Collignon, pakar penyakit menular dan ahli mikrobiologi di Rumah Sakit Canberra, Australia.

Data Singapura juga menunjukkan bahwa kasus infeksi dalam 14 hari terakhir di antara orang-orang berusia di atas 61 dan sudah divaksin mencapai 88 persen. Angka ini lebih tinggi dari 70 persen lebih dari kelompok usia yang lebih muda.

Linfa Wang, seorang profesor di Sekolah Kedokteran Duke-NUS, mengatakan orang-orang tua terbukti memiliki respons kekebalan yang lebih lemah setelah divaksinasi. Di Israel, yang juga memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi, hampir setengah dari 46 pasien yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi parah pada awal Juli adalah mereka yang telah divaksinasi, mayoritas berasal dari kelompok berisiko, kata pihak berwenang.

Belum jelas apakah data Singapura merefleksikan penurunan proteksi yang diberikan vaksin terhadap varian Delta. Varian delta merupakan  kasus terbanyak yang ditemukan di negara-kota itu dalam beberapa bulan terakhir.

Dua dosis vaksin dari Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca hampir sama efektifnya melawan Delta seperti terhadap varian Alfa yang sebelumnya dominan. Singapura menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna dalam program vaksinasi nasional mereka.

sumber : antara/reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement