Jumat 23 Jul 2021 23:10 WIB

Vaksin Tekan Risiko Kematian dan Cegah Kondisi Parah Pasien

Data evaluasi di Jakarta menunjukkan hasil positif dari efektivitas vaksin Covid.

Mahasiswa mengikuti vaksinasi COVID-19 di Arboretum atau hutan mini Fakultas Kehutanan UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (23/7/2021). Fakultas Kehutanan UGM menggelar vaksinasi COVID-19 untuk 500 mahasiswa dari jenjang sarjana, magister dan doktor.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Mahasiswa mengikuti vaksinasi COVID-19 di Arboretum atau hutan mini Fakultas Kehutanan UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (23/7/2021). Fakultas Kehutanan UGM menggelar vaksinasi COVID-19 untuk 500 mahasiswa dari jenjang sarjana, magister dan doktor.

REPUBLIKA.CO.ID, Antara, Reuters, Dessy Suciati Saputri

Vaksin Covid-19 saat ini diyakini bisa menurunkan risiko berat bahkan kematian, meski para penerima manfaat tidak sepenuhnya bisa terbebas dari infeksi virus corona. Namun, sayangnya, laju vaksinasi di Indonesia saat ini terbilang lamban dan masih jauh dari target untuk dapat mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).

Baca Juga

"Vaksin tidak membuat seseorang bebas dari paparan Covid-19. Namun dengan vaksinasi bisa menurunkan risiko berat atau bahkan kematian," kata ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Prof I Gusti Ngurah Mahardika Mahardika melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (23/7) malam.

Opini Mahardika berdasarkan data hasil pemantauan efektivitas vaksin yang dilakukan kepada penduduk DKI Jakarta pada kurun waktu 12 Januari sampai 8 Juli 2021. Dari total 3,21 juta yang telah menerima dosis pertama, 15.088 di antaranya dilaporkan tetap terinfeksi Covid-19 atau sebesar 0,47 persen.

Sementara pasien yang tidak bergejala, sebanyak 8.051 orang dan yang memiliki gejala 6.658 orang. Adapun pasien yang meninggal dunia sebanyak 50 orang atau 0,0016 persen.

Mahardika juga melaporkan dari 1,94 juta penerima dosis vaksin kedua, yang tetap terinfeksi sebanyak 1.896 atau sekitar 0,1 persen. Dari jumlah tersebut, sebanyak 837 tidak bergejala dan sebanyak 1,055 bergejala. Sementara, yang meninggal dunia sebanyak 4 orang atau 0,0002 persen.

Menyinggung masih tingginya angka kematian harian di Indonesia, menurut Mahardika, efek vaksinasi memang baru terlihat terhadap laju penyebaran Covid-19 jika yang divaksin minimal 50 persen dari total populasi. Mahardika mencontohkan, di negara yang capaian vaksinasi Covid-19 di atas 50 persen, seperti Amerika Serikat dan Inggris, angka kematian rendah walau lonjakan kasus positif kembali tinggi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kata Mahardika, jumlah yang menerima vaksinasi dosis pertama saat ini baru mencapai 43,1 juta. Sementara untuk dosis kedua mencapai 16,8 juta.

Senada dengan Mahardika, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menilai, vaksinasi Covid-19 mampu menekan gejala berat dan kematian akibat virus corona. Pernyataannya itu juga merujuk pada data vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta.

"Semakin lengkap dosis vaksin yang telah kita terima, resiko terinfeksi virus Covid-19 akan semakin rendah, selain mengurangi timbulnya gejala berat. Pada kasus positif penerima vaksin, tingkat kematian (case fatality rate) juga menurun jauh," kata Johnny, dalam siaran pers, Kamis (22/7).

Johnny melihat data yang dilaporkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menunjukkan, case fatality rate atau CFR untuk Jakarta berada di sekitar angka 1,7 persen pada kasus orang yang belum divaksin. Sementara setelah divaksin dosis pertama, angka CFR turun menjadi 0,33 persen dan setelah dosis kedua menjadi 0,21 persen.

Melihat data tersebut, Johnny menegaskan ada bukti kuat vaksinasi menurunkan angka kematian. Ia mengimbau masyarakat segera mengikuti program vaksinasi di daerah masing-masing.

"Kami mengimbau masyarakat untuk segera mengikuti program vaksinasi di daerah masing-masing, demi melindungi diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai," kata Johnny.

Berbicara terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengemukakan, DKI Jakarta menjadi provinsi di Pulau Jawa-Bali yang berhasil menurunkan angka kasus kematian akibat Covid-19 secara signifikan pada Rabu (21/7). DKI turun dari 268 kematian menjadi 95.

"DKI Jakarta per kemarin menunjukkan penurunan yang signifikan, dari 268 menjadi 95 kematian dalam sehari," kata Wiku Adisasmito saat menyampaikan keterangan kepada wartawan yang dipantau melalui aplikasi Zoom di Jakarta, Kamis (22/7) sore.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement