REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mengatakan "ya" untuk segala hal, mulai dari ajakan nongkrong dari teman, permintaan lembur dari atasan, atau rekan kerja yang minta bantuan. Tidak sedikit orang berpikir akan lebih mudah mengatakan "ya" daripada menolak sesuatu.
Dokter gawat darurat Australia, Andrew Tagg, berpendapat hal itu tidak selalu baik. Terlebih, setelah pandemi Covid-19 merebak dan banyak batasan menjadi samar. Bagi orang dewasa, sangat penting menyeimbangkan waktu untuk keluarga dan pekerjaan, sehingga batas-batas tegas perlu ditetapkan.
Tagg yakin banyak orang bekerja hingga larut di rumah semasa pandemi, meski sekadar memeriksa surel di malam hari atau menjawab grup kantor. Pria yang berdomisili di Melbourne, Australia itu menyarankan untuk sesekali mengatakan tidak.
"Kita perlu menetapkan batasan dan fokus pada apa yang sebenarnya penting. Dengan mengatakan tidak, Anda berkomitmen untuk mengatakan "ya" pada hal lain," ungkap praktisi dari Western Health yang fokus pada edukasi dan pembelajaran jangka panjang itu.
Dia mafhum jika ada orang yang sungkan melakoninya. Cara mengatasinya, fokuslah pada konten permintaan, bukan perasaan pihak yang meminta sesuatu dan tidak dapat dipenuhi. Faktanya, yang Anda lakukan hanyalah menetapkan batasan.
Dalam kasus pekerjaan dengan atasan, cermati dulu situasinya. Jika Anda sudah melakukan banyak tugas sebelumnya atau sedang dalam proses suatu pekerjaan, tanyakan tugas mana yang perlu diprioritaskan dan biarkan atasan membuat pilihan, bukan Anda.
Cara lain adalah memberikan alternatif. Misalnya, tidak mengerjakan tugas dadakan malam ini juga, melainkan esok hari. Berikan alasan penolakan tapi tak perlu menjelaskan secara berlebihan. Cukup katakan tidak bisa melakukan shift ekstra karena sedang menghabiskan waktu bersama keluarga atau mungkin alasan lain.
"Maaf, saya tidak bisa" sudah termasuk cara sopan untuk menolak permintaan seseorang. Tidak perlu mengungkapkan penyesalan karena "ya" dari Anda bisa dialihkan ntuk komitmen penting lainnya. "Pikirkan apa prioritas Anda yang sebenarnya dan apakah itu benar-benar penting," kata Tagg dikutip dari laman Don't Forget the Bubbles.