Ahad 25 Jul 2021 16:44 WIB

BOR RS Turun, Masyarakat Harus Tetap Hati-Hati

‘Kalau bisa kita tidak hanya melihat data tetapi juga kondisi riil di lapangan.'

Rep: Inas Widyanuratikah / Red: Ratna Puspita
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia Gardenia Partakusuma mengatakan masyarakat dan pemerintah masih perlu berhati-hati meski angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate pekan mengalami penurunan, yakni menjadi 74,3 persen. (Foto ilustrasi: Asrama Haji Pondok Gede menjadi rumah sakit darurat Covid-19 di Jakarta)
Foto: Prayogi/Republika.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia Gardenia Partakusuma mengatakan masyarakat dan pemerintah masih perlu berhati-hati meski angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate pekan mengalami penurunan, yakni menjadi 74,3 persen. (Foto ilustrasi: Asrama Haji Pondok Gede menjadi rumah sakit darurat Covid-19 di Jakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia Gardenia Partakusuma merespons penurunan angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate pekan ini menjadi 74,3 persen. Lia mengatakan masyarakat dan pemerintah masih perlu berhati-hati meski angka BOR mengalami penurunan. 

"Kalau bisa kita tidak hanya melihat data tetapi juga mengkaji kondisi riil di lapangan," kata Lia, dihubungi Republika, Ahad (25/7). 

Baca Juga

Pada Sabtu (24/7) kemarin, Lia menjelaskan, BOR mengalami penurunan menjadi 69,29 persen. Namun, masih banyak pasien kritis akibat Covid-19 sehingga Indonesia sebaiknya tidak bersantai dan menurunkan perhatian mereka terhadap penerapan protokol kesehatan dan menjaga diri.

Lia juga mengatakan, angka kematian akibat Covid-19 juga masih memprihatinkan, yakni di atas 1.000 per hari. Langkah-langkah pencegahan harus terus dilakukan agar jumlah kasus harian di Indonesia bisa menurun. 

"Kami harus tetap berhati-hati karena banyaknya pasien kritis dan ancaman angka kematian yang masing tinggi," kata dia.

Di lapangan, masih banyak warga yang melakukan isolasi mandiri (isoman). Bahkan, berdasarkan data LaporCovid-19, jumlah kematian saat isoman mencapai 2.656 orang per hari ini.

Di masyarakat, kelangkaan oksigen dan obat masih menjadi kendala. Salah satu warga yang pernah mengalami isoman hingga 16 Juli lalu, Nina, mengatakan ia sempat mengalami kesulitan mendapatkan obat. 

Menurutnya, akses multivitamin masih lebih mudah dibandingkan obat. Ia sangat bergantung menggunakan aplikasi beli obat daring seperti Halodoc. "Ada beberapa obat saya yang cuma bisa dibeli satu strip saja sekali pembelian dan ada obat yang kosong dimana-mana juga," kata Nina. 

Nina mengatakan, obat yang sulit didapatkan yakni pengencer dahak. Akhirnya, ia terpaksa menggunakan obat lain untuk mengencerkan dahak. Ia melanjutkan, batuknya sembuh beberapa hari setelah isoman. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement