Initial Public Offering (IPO) atau penawan saham perdana menjadi salah satu target di kalangan bisnis. Mencapai tahapan IPO, menjadi salah satu capaian dari perjalanan sebuah perusahaan dalam menjaga keberlangsungan bisnis.
Di Indonesia sendiri kabar IPO sedang diramaikan sejumlah perusahaan teknologi yang dikabarkan akan IPO dan sedang dalam proses IPO.
Baca Juga: Investasi di Perusahaan Teknologi Global Melui Produk Reksa Dana Bahana US
Tentunya IPO sejumlah nama besar perusahaan teknologi menarik minat sebagian investor. Namun, tak sedikit juga investor yang memilih untuk tidak berinvestasi lantaran status perusahaan yang masih menyandang gelar perusahaan rintisan atau startup.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Reynardo Nainggolan membenarkan, IPO tidak berarti langsung membawa perusahaan teknologi sontak mendapatkan keuntungan.
"Sektor teknologi itu bisa saja negatif dulu di depan, belum tentu langsung untung," katanya dalam webinar "Survival to Revival: Why Stock Always be The Go-To Choice", Ahad (25/7).
"Amazon itu awalnya rugi, ketika sudah IPO masih rugi. Jadi ketika dia IPO, dia berekspansi menggunakan dana segarnya, untuk ke depannya dapat memberikan nilai tambah bagi investor dan pengguna. Jadi investor melihat ke depannya industri ini makin bagus," katanya.
Reynardo menyarankan agar investor melihat kembali relevansi kondisi yang terjadi sekarang dengan yang terjadi di masa depan. Ini diperlukan agar investor mampu memilih perusahaan yang dipilih berada dalam sektor industri yang masih berkembang dalam beberapa tahun ke depan.
"Sehingga industri tersebut mendukung pertumbuhan dari perusahaan tersebut," pungkasnya.