REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru dari para peneliti di Jepang menunjukkan metabolisme seseorang dipengaruhi diet protein. Studi itu menemukan bahwa protein yang dikonsumsi pada pagi hari dapat meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan otot rangka lebih baik.
Chrono-nutrition adalah bidang ilmu nutrisi yang relatif baru, yang mengeksplorasi cara jam sirkadian memengaruhi fungsi metabolisme kita. Sederhananya, ada semakin banyak bukti yang menunjukkan “kapan kita makan” itu sama pentingnya dengan “apa yang kita makan.”
Selama beberapa dekade, ada pertanyaan tentang apakah optimal untuk makan makanan besar pada malam hari? Sementara beberapa penelitian menghubungkannya dengan obesitas karena beban kalori, nyatanya jam biologis setiap orang berbeda-beda. Jadi, aturan makan satu ukuran untuk semua mungkin sia-sia saja.
Dilansir New Atlas pada Ahad (25/7), penelitian baru secara khusus melihat bagaimana protein memengaruhi metabolisme dalam waktu sehari, terutama dalam hal pertumbuhan otot rangka. Langkah pertama difokuskan pada tikus yang diberi makan dua kali sehari, dengan kandungan protein yang bervariasi.
Para peneliti menemukan asupan protein pada pagi hari lebih mudah menginduksi pertumbuhan otot rangka daripada protein yang dikonsumsi pada malam hari. Yang lebih menarik, tingkat pertumbuhan otot 17 persen lebih tinggi pada tikus yang diberi sarapan protein 8,5 persen dibandingkan tikus yang diberi makan malam protein 11,5 persen.
Eksperimen lebih lanjut dengan tikus yang kekurangan gen, yang mengatur ritme sirkadian tidak menemukan perbedaan dalam pertumbuhan otot rangka, antara sarapan dan makan malam. Hasil itu menegaskan pengaruh jam biologis organisme tampaknya memiliki metabolisme protein.
Bagian akhir dari penelitian merekrut 60 subjek yang dipilih dari survei diet. Setengah dari kohort biasanya mengonsumsi sebagian besar asupan protein harian mereka saat makan malam, sementara separuh lainnya mengonsumsi lebih banyak protein saat sarapan.
“Bukti sejauh ini menunjukkan lebih sedikit protein yang harus dikonsumsi saat makan malam dan lebih banyak saat makan pagi,” penelitian itu menyimpulkan.
Subyek yang makan protein dalam jumlah tinggi untuk sarapan menunjukkan massa otot rangka yang lebih tinggi dan tampil lebih baik pada tes kekuatan cengkeraman. Para peneliti berhati-hati untuk mencatat bahwa bagian manusia dari penelitian ini bukanlah bukti pasti dari hubungan sebab akibat antara waktu asupan protein dan massa otot rangka. Sebaliknya, penelitian itu hanya menunjukkan korelasi yang bisa berhubungan dengan temuan studi hewan.
Pemimpin penelitian dari Waseda University, Shigenobu Shibata mengatakan diet Barat dan Asia cenderung memiliki volume protein rendah dalam makanan sarapan. Sementara penelitian lebih lanjut tentu diperlukan untuk lebih memahami dengan tepat bagaimana jam sirkadian mempengaruhi metabolisme protein dan volume otot, tetapi, sejauh ini, bukti menunjukkan lebih sedikit protein yang harus dikonsumsi pada makan malam dan lebih banyak pada makan pagi.
“Untuk manusia secara umum, asupan protein saat sarapan rata-rata sekitar 15 gram, lebih sedikit dari yang kita konsumsi saat makan malam, yaitu sekitar 28 gram. Temuan itu sangat mendukung perubahan norma ini dan mengonsumsi lebih banyak protein saat sarapan atau waktu ngemil di pagi hari,” kata Shibata.