REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian BUMN sudah mulai mengerucutkan pembentukan holding panas bumi. Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury menjelaskan saat ini Kementerian BUMN sedang mengkaji nantinya PGE akan menjadi induk dari holding panas bumi.
"Memang saat ini kelihatan yang paling berpotensi untuk menjadi sebuah (induk) holding tentunya adalah Pertamina Geothermal. Tetapi ini kita diskusikan terus," kata Pahala dalam sebuah diskusi virtual, Senin (26/7).
Pahala melanjutkan, penetapan induk holding didasarkan pada rencana pengembangan panas bumi dalam 5 tahun hingga 6 tahun kedepan. Selain mengejar target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 mendatang, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas terpasang panas bumi dua kali lipat dari kapasitas terpasang saat ini.
Pahala mengungkapkan, pengembangan panas bumi tak hanya menyasar wilayah kerja panas bumi (wkp) baru tetapi juga wkp eksisting. Untuk itu, kebutuhan investasi yang tidak sedikit dinilai bakal dibutuhkan untuk mencapai target yang ada.
"Tentu dibutuhkan investasi saat ini untuk pengembangan WKP yang ada saat ini karena masih cukup besar untuk dikembangkan lebih lanjut," jelas Pahala.
Pemerintah menargetkan, dari kapasitas terpasang saat ini yang mencapai 1,2 GW nantinya setelah holding terbentuk maka kapasitas dapat meningkat hingga 2,5 GW.
Pahala melanjutkan, tujuan utama dari pembentukan holding yakni untuk pengembangan panas bumi di Indonesia. Untuk itu, diharapkan setiap perusahaan yang terlibat dapat mendukung langkah pembentukan holding ini.
"Mengenai finalnya nanti kita tunggu saja akan seperti apa. Tapi kita harapkan semua pihak nanti akan bisa mendukung hal ini," imbuh Pahala.