Senin 26 Jul 2021 21:12 WIB

Menkes: Kebutuhan Oksigen Indonesia Kini 2.500 Ton Per Hari

Kebutuhan saat ini jauh melonjak dari sebelum Lebaran yakni 400 ton per hari.

Red: Andri Saubani
Pekerja melakukan pengisian tabung oksigen di tempat pengisian oksigen CV Bayu Bangun Sakti di Tanjung Karang, Ampenan, Mataram, NTB, Senin (26/7/2021). Pemilik tempat pengisian oksigen tersebut menyatakan saat ini permintaan oksigen dari sejumlah rumah sakit di Provinsi NTB mulai meningkat sebanyak 120 ton per bulan dari sebelumnya 80 ton dengan kapasitas produksi oksigen di tempat tersebut sebanyak 220 ton per bulannya.
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Pekerja melakukan pengisian tabung oksigen di tempat pengisian oksigen CV Bayu Bangun Sakti di Tanjung Karang, Ampenan, Mataram, NTB, Senin (26/7/2021). Pemilik tempat pengisian oksigen tersebut menyatakan saat ini permintaan oksigen dari sejumlah rumah sakit di Provinsi NTB mulai meningkat sebanyak 120 ton per bulan dari sebelumnya 80 ton dengan kapasitas produksi oksigen di tempat tersebut sebanyak 220 ton per bulannya.

REPUBLIKA.CO.ID,  Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, Indonesia membutuhkan 2.500 ton oksigen per hari untuk memenuhi lonjakan kebutuhan oksigen karena meningkatnya kasus Covid-19. Padahal sebelum Lebaran, kebutuhan oksigen hanya 400 ton per hari.

"Sekarang sudah naik menjadi 2.500 ton per hari, sementara kapasitas produksi Indonesia 1.700 ton per hari sehingga kita ada gap," kata Budi di Kantor Presiden di Jakarta, Senin (26/7).

Baca Juga

Budi menyebut, selain kenaikan permintaan oksigen, terjadi juga kenaikan permintaan obat-obatan untuk Covid-19. "Sama seperti obat, kenaikannya tinggi sekali. Apa yang pemerintah sudah lakukan? Yang paling mudah kita lakukan dengan mengimpor oksigen konsentrator, yaitu seperti pabrik oksigen kecil yang bisa dipasang di rumah atau di ranjang rumah sakit, yang penting ada listriknya saja," ucap Budi.

Menurut Budi, setiap 1.000 oksigen konsentrator bisa memproduksi sekitar 20 ton oksigen per hari. "Ini sudah ada donasi 17 ribu dan mulai berdatangan. Kami rencana membeli 20 ribu unit yang nanti akan kamidistribusikan ke seluruh rumah sakit dengan tempat isolai agar orang yang membutuhkan oksigen bisa mengirup oksigen yang dihasilkan oleh oksigen konsentrator ini," katanya.

Ia berharap dengan ketersediaan oksigen konsentrator itu dapat menghilangkan kebutuhan tabung oksigen dalam jumlah besar.

"Kami juga menghilangkan kebutuhan pabrik-pabrik besar yang harus kita bangun dengan cepat," ucap Budi.

 

 

Strategi kedua, menurut menkes, adalah memanfaatkan kapasitas tambahan dari pabrik-pabrik oksigen di Indonesia. Karena kebutuhan oksigen per menit di ruang ICU tinggi, RS harus memanfaatkan oksigen cair.

"Nah, itu kekurangannya akan kita dapat dengan memanfaatkan extra capacity dari pabrik-pabrik oksigen yang ada di Indonesia maupun extra capacity dari pabrik industri lain yang memproduksi oksigen, misalnya pabrik baja, smelter, nikel, pabrik pupuk," katanya.

Salah satu daerah yang saat ini sedang mengalami krisis oksigen medis adalah Nusa Tenggara Barat (NTB). Dinas Kesehatan NTB menyatakan, ketersediaan oksigen di wilayahnya mulai menipis seiring melonjaknya angka pasien Covid-19.

"Kalau saya ibaratkan persediaan oksigen kita ini seperti lampu kuning. Dalam artian kita waspada terhadap oksigen ini," kata Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr Lalu Hamzi Fikri usai mengikuti rapat koordinasi evaluasi penangangan Covid-19 di NTB yang dilaksanakan di Kantor Gubernur NTB di Mataram, Senin.

Ia menyatakan, menipisnya persediaan oksigen itu tidak terlepas tingginya permintaan oksigen oleh rumah sakit seiring melonjaknya pasien positif Covid-19 yang mendapat perawatan. "Konsumsi terbanyak itu di RSUD Provinsi NTB dan RSUD Kota Mataram karena merupakan rumah sakit rujukan Covid-19 dan banyak menangani pasien pasien Covid-19," ucapnya.

Menurut Hamzi Fikri, ketersediaan oksigen di NTB sebanyak 220 ton. Sedangkan, permintaan oksigen karena lonjakan kasus Covid-19 menjadi 80 sampai 120 ton sebulan, bahkan hingga 160 ton.

"Rata-rata kebutuhan rumah sakit sehari itu 8 ton. Sehingga bisa dibayangkan sebulan berapa kita butuhkan oksigen karena ada lonjakan kasus sehingga kebutuhan oksigen menjadi over kapasitas. Sementara persediaan tidak banyak," terang mantan Direktur RSUP NTB ini.

 

photo
Infografis: Kasus sembuh dan meninggal jadi rekor pekan lalu - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement