REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya khawatir dengan tingginya angka kematian pasien Covid isolasi mandiri (isoman). Sejak 3 Juli atau dalam tiga pekan terakhir jumlah pasien isoman yang meninggal mencapai 99 orang.
"Kami terus bekerja keras melakukan langkah-langkah bersama dan mencari solusi terbaik, untuk mengurangi angka kematian bagi warga yang isoman," katanya.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor ini menjelaskan, setelah mencermati lebih dalam data-data kematian warga terpapar Covid-19 yang menjalani isoman dan meninggal dunia, disimpulkan, ada tiga faktor penyebabnya.Pertama, karena belum divaksin. Angka kematian warga isoman bekum divaksin ini mencapai 85 persen.
Kedua, sebagian besar berusia di atas 50 tahun. Ketiga, umumnya memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Menurut Bima Arya, berdasarkan kesimpulan tersebut, Pemerintah Kota Bogor melakukan langkah-langkah antisipatif, yakni warga terpapar Covid-19 dengan tiga kriteria tersebut, tidak boleh menjalani isoman di rumah, tapi harus dirawat di rumah sakit."Informasi tersebut sudah disampaikan kepada aparat di wilayah, yakni camat, lurah dan puskesmas, untuk memastikan, agar warga terpapar Covid-19 dirawat di rumah sakit," katanya.
Bima menegaskan kalau tempat tidur untuk pasien Covid-19 di rumah sakit masih penuh, warga terpapar dengan tiga kriteria tersebut, dirawat sementara di Pusat Isolasi Pasien Covid-19, sambil menunggu ada tempat di ada tempat tidur di rumah sakit yang kosong. "Di Pusat Isolasi Covid-19, masih banyak cadangan tempat tidurnya," katanya.
Bima menyatakan Pemerintah Kota Bogor fokus untuk mengurangi angka kematian warga terpapar Covid-19, terutama yang menjalani isoman di rumah.