Selasa 27 Jul 2021 02:11 WIB

Regulator Rusia Tutup Situs Navalny Sebelum Pemilu

Rusia telah memasukan organisasi pendukung Navalny sebagai ekstremis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Pada file foto Sabtu 20 Februari 2021 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny berdiri di dalam sangkar di Pengadilan Distrik Babuskinsky di Moskow, Rusia.
Foto: AP / Alexander Zemlianichenko
Pada file foto Sabtu 20 Februari 2021 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny berdiri di dalam sangkar di Pengadilan Distrik Babuskinsky di Moskow, Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pihak berwenang Rusia memblokir akses situs kritikus Kremlin Alexei Navalny tepat sebelum pemilihan parlemen. Penutupan juga dilakukan terhadap  48 individu dan organisasi yang memiliki koneksi dengannya.

Bulan lalu pengadilan Rusia menyetujui permintaan jaksa untuk menyatakan organisasi yang berkaitan dengan Navalny sebagai organisasi ekstremis. Sehingga sekutu-sekutu Navalny tidak dapat maju dalam pemilihan anggota majelis rendah parlemen Rusia atau Gosduma.

Amerika Serikat dan Inggris mengecam putusan pengadilan sebagai serangan tanpa dasar ke oposisi pemerintah Rusia.

Dalam pernyataannya, Senin (26/7) regulator internet Rusia, Roskomnadzor mengatakan mereka telah memblokir navalny.com.

Roskomnadzor mengatakan langkah ini permintaan dari jaksa agung. Mereka mengatakan situs tersebut membantu melanggar putusan pengadilan dengan mendistribusikan propaganda dan melanjutkan aktivitas mereka.

Di media sosial tim Navalny mengecam langkah tersebut dengan mengatakan mereka berharap pihak berwenang segera mengincar situs voting pintar yang menyarankan masyarakat bagaimana memilih secara taktis. Demi mengalahkan kandidat partai United Russia yang berkuasa.

Salah satu rekan Navalny, Leonid Volkov mengatakan ia dan teman-teman aktivis yang lain akan segera memberitahu rakyat bagaimana caranya menghindari pemblokiran. Navalny yang kini di penjara adalah kritikus Presiden Vladimir Putin yang paling vokal di dalam negeri.

Ia dihukum 2 setengah tahun penjara karena melanggar pembebasan bersyarat yang menurutnya dibuat-buat. Langkah Rusia memasukkannya ke penjara membuat hubungan Moskow dengan negara-negara Barat semakin renggang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement