REPUBLIKA.CO.ID, CHIBA -- Atlet anggar putri Rusia Sofia Pozdniakova ingin lepas dari bayang-bayang sang ayah, Stanislav Pozdnyakov, setelah berhasil merebut medali emas Olimpiade 2020 dari nomor individu sabel putri, Senin (26/7). Stanislav adalah legenda yang kini jadi ketua Komite Olimpiade Rusia (ROC).
Ia adalah peraih lima medali anggar Olimpiade, termasuk empat medali emas, yaitu pada tahun 1992 (satu emas), 1996 (dua emas), 2000 (satu emas) dan 2004 (satu perunggu).
"Ketika mulai berlatih anggar, orang selalu memanggil saya 'putri Pozdnyakov'. Saya tentu saja bangga menjadi putrinya. Namun, kami berbeda, kami adalah manusia yang tak sama," ujar Sofia, dikutip dari Reuters.
Menurut perempuan berusia 24 tahun itu, kemenangannya di Olimpiade 2020 semakin menegaskan bahwa dirinya tidak bisa disandingkan begitu saja dengan sang ayah. "Pada kejuaraan dunia tahun 2018, saya memenangi nomor individu dan saya rasa itu menunjukkan bahwa saya itu berbeda. Saya pun bisa mengonfirmasi itu sekarang (setelah mendapatkan emas Olimpiade 2020-baca). Itu sesuatu yang bagus," tutur Sofia.
Adapun Stanislav Pozdnyakov begitu senang dengan pencapaian putrinya di Olimpiade 2020.Pria berumur 47 tahun tersebut menyebut bahwa Sofia sudah menggoreskan sejarahnya sendiri di dunia olahraga.
"Sejak lama, putri saya menunjukkan dirinya sebagai sosok atlet dan manusia yang independen. Hari ini, namanya tercatat dalam sejarah olahraga," kata Stanislav.
Dia pun mengungkapkan cintanya pada Sofia. "Yang harus saya lakukan sekarang adalah selalu memenuhinya dengan cinta dan kebanggaan. Sukses yang diraihnya merupakan hasil dari perjuangannya sendiri. Saya berharap 'gen' orang tuanya juga memberikan dampak positif," ujar Stanislav.
Sebagai informasi, pada Olimpiade 2020, atlet-atlet Rusia bertanding atas nama ROC atau Russian Olympic Committe (Komite Olimpiade Rusia). Para olahragawan Rusia dilarang tampil di kompetisi mayor internasional oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC), termasuk Olimpiade, dengan membawa nama bendera negara dan lagu kebangsaan sampai tahun 2022. Hal itu sebagai sanksi bagi Rusia karena memberikan data laboratorium yang telah direkayasa kepada otoritas antidoping dunia.