REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menghadapi musim penghujan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, akan memperkuat mitigasi bencana di wilayah yang berpotensi. Tak hanya itu, tahun ini rencananya akan dibuat tebing di Sungai Cipakancilan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor, Theofilo Patrocinio Freitas mengatakan, pembangunan tebing itu merupakan penanganan daerah aliran sungai yang berpotensi mengakibatkan banjir. Utamanya pada sungai-sungai di Kota Bogor yang berada di bawah pengawasan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).
“Berdasarkan informasi dari BBWSCC sudah berproses sebulan yang lalu, saat ini kemungkinan tengah proses administrasi dan pelaksanaannya akan dilaksanakan dalam waktu dekat,” kata Theo, Selasa (27/7).
Disamping itu, Theo mengatakan, pihaknya akan memaksimalkan aparatur wilayah dan perangkat daerah terkait untuk melakukan pencegahan. Salah satunya dalam bentuk kerja bakti. Hal itu merupakan arahan yang disampaikan Wakil Gubernur Jawa Barat dan Wali Kota Bogor, dalam Rapat Koordinasi (Rakor) persiapan menghadapi kejadian banjir pada musim penghujan secara virtual.
Diketahui, Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum menyebutkan, berdasarkan informasi BMKG, curah hujan yang akan turun di wilayah Jawa Barat cukup ekstrim. Untuk itu dia meminta seluruh daerah di Jawa Barat untuk mempersiapkan segala kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana.
“Seiring perubahan cuaca, khususnya di daerah Jawa Barat, Pak Gubernur tidak mau keterpurukan akibat pandemi Covid-19 yang ada, ditambah akibat bencana lainnya,” katanya.
Oleh karena itu, dia meminta setiap Kepala Pelaksana BPBD dan pihak terkait lainnya, untuk menyiapkan diri. Begitu juga di tingkat masyarakat, agar memperhatikan saluran drainase yang kemungkinan tersumbat atau tertutup sampah atau penyebab yang lainnya. “Lakukan kegiatan bersih-bersih atau kerja bakti pada hari Jumat atau hari minggu. Semoga kita dapat mengantisipasi dan semoga hujan yang turun menjadi berkah bukan menjadi musibah,” ujar Uu.
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air Pemprov Jawa Barat, Dikky Achmad Sidik menerangkan, secara umum banjir yang terjadi disebabkan volume air dan curah hujan yang ekstrim, sehingga melebihi kapasitas saluran drainase atau sungai tidak mampu menampung. “Saya imbau semua pihak terkait untuk mengecek dan mempersiapkan saluran drainase di wilayah masing-masing,” tuturnya.