Selasa 27 Jul 2021 07:32 WIB

AS Minta China Jadi Kekuatan Global yang Bertanggung Jawab

AS berharap China bisa bekerja sama mengatasi masalah dunia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Bendera China-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera China-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Wendy Sherman meminta China menjadi kekuatan global yang bertanggung jawab. Terlepas dari adanya perbedaan antara kedua negara, Sherman berharap Beijing dapat bekerja sama dengan Washington dalam menangani masalah dunia seperti perubahan iklim dan pandemi Covid-19.

 

Baca Juga

“Ada beberapa hal yang muncul di atas perbedaan spesifik yang merupakan tanggung jawab global kekuatan besar,” kata Sherman seusai melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri China Xie Feng di Tianjin pada Senin (26/7).

 

Xie turut mengungkapkan bahwa negaranya ingin mengesampingkan perbedaan dengan AS sambil mencari titik temu. Namun dia tak menampik bahwa hubungan bilateral kedua negara menghadapi tantangan besar. “Hal ini pada dasarnya karena orang-orang Amerika menganggap China sebagai musuh."

Menurutnya, AS kerap menyerang China dengan maksud mengalihkan fokus warganya dari masalah domestiknya. “Seolah-olah ketika masalah dengan China membutuk, semua tantangan domestik dan eksternal AS akan hilang, kemudian Amerika akan menjadi hebat kembali. Seolah-olah AS tidak mempunyai apa pun untuk dibicarakan, kecuali tentang China,” ucap Xie.

Xie mendesak AS mengubah pola pikir keliru dan kebijakan berbahayanya. AS diketahui kerap melayangkan kritik tajam terhadap Beijing, terutama yang terkait dengan isu hak asasi manusia (HAM). Polemik Hong Kong, perselisihan soal status Taiwan, dan dugaan pelanggaran terhadap Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang adalah beberapa masalah yang kerap diusung AS untuk mengkritik China.

 

AS juga menentang klaim China atas Laut China Selatan yang dipersengketakan dengan beberapa negara Asia Tenggara. Washington rutin mengirim kapal perang ke wilayah perairan tersebut dengan dalih kebebasan navigasi. Beijing pun berulang kali mengecam tindakan itu karena dinilai provokatif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement