REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan bahwa negara akan mengakhiri misi tempur militer di Irak pada akhir tahun ini.
Pengumuman datang setelah kesepakatan dengan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi tercapai. Biden menetapkan batasan waktu yang lebih tepat bagi pasukan Amerika untuk secara resmi mundur dalam pertempuran melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), kelompok militan yang berada di sana.
Rencana AS adalah untuk mengalihkan misi militer menjadi misi penasehat dan pelatihan pada akhir tahun ini. Tidak ada pasukan Amerika yang terlibat dalam peran pertempuran secara langsung setelahnya.
“Kami tidak akan berada dalam misi tempur di akhir tahun,” ujar Biden dałam sebuah pernyataan, dilansir ITV, Selasa (27/7).
Lebih lanjut, Biden mengatakan pasukan AS akan tetap berada di Irak untuk melatih dan membantu pasukan negara itu sesuai kebutuhan. Ia menegaskan bahwa perjuangan bersama melawan ISIS sangat penting.
"Perjuangan bersama kami melawan ISIS sangat penting untuk stabilitas kawasan dan kerja sama kontraterorisme kami akan berlanjut bahkan saat kami beralih ke fase baru yang akan kami bicarakan ini," kata Biden.
Kehadiran pasukan AS di Irak sejauh ini adalah sekitar 2.500 sejak akhir tahun lalu, ketika mantan presiden Donald Trump memerintahkan pengurangan dari 3.000. Biden belum mengkonfirmasi berapa banyak pasukan AS yang akan tetap berada di Irak ketika misi tempur secara resmi selesai.