Selasa 27 Jul 2021 11:27 WIB

Polisi Tunisia Gerebek Kantor Aljazirah dan Evakuasi Staf

Polisi meminta kru Aljazirah meninggalkan kantor media itu.

Red: Nur Aini
Pasukan keamanan Tunisia pada Senin (26/7) menggerebek kantor berita Qatar Aljazirah di ibu kota Tunis dan meminta para staf di dalam untuk meninggalkan kantor tersebut.
Pasukan keamanan Tunisia pada Senin (26/7) menggerebek kantor berita Qatar Aljazirah di ibu kota Tunis dan meminta para staf di dalam untuk meninggalkan kantor tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Pasukan keamanan Tunisia pada Senin (26/7) menggerebek kantor berita Qatar Aljazirah di ibu kota Tunis dan meminta para staf di dalam untuk meninggalkan kantor tersebut.

Koresponden Aljazirah di Tunisia, Reda Tammam, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa sejumlah personel keamanan menyerbu kantor saluran berita tersebut pagi ini, dan “meminta kru kami untuk meninggalkan tempat itu."

Baca Juga

Tammam membenarkan bahwa karyawan kantor media itu "dievakuasi", namun dia tak memberikan keterangan mengapa mereka harus pindah, atau rincian lainnya.

Otoritas Tunisia belum memberikan komentar atas insiden tersebut.

Pada Ahad, Presiden Tunisia Kais Saied menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Hisyam al-Masyisyi, serta membekukan parlemen dan mengambil alih otoritas eksekutif dengan bantuan perdana menteri baru. Menurut koresponden Anadolu Agency, militer dan polisi Tunisia mendirikan penghalang di jalan-jalan menuju parlemen di ibu kota Tunis untuk memisahkan antara pendukung dan penentang presiden Tunisia.

Bentrokan meletus antara oposisi dan pendukung presiden di tengah bentrokan dan lempar batu di sekitar markas parlemen. Sejumlah orang mengalami cedera dalam insiden kekerasan tersebut. Pasukan menghalau upaya puluhan lawan untuk memanjat gerbang gedung parlemen.

Pendukung gerakan Ennahda - yang memegang 53 kursi di 217 anggota parlemen - mengecam keputusan Saied sebagai "kudeta" terhadap legitimasi dan revolusi.

Dalam pidatonya Ahad, Presiden Saied mengatakan dia akan menangguhkan kekebalan semua anggota parlemen dan mengambil alih kantor kejaksaan. Dia mengklaim bahwa dia telah mengambil keputusan setelah berkonsultasi dengan perdana menteri dan Ketua Parlemen Rached Ghannouchi.

Tunisia telah mengalami krisis yang mendalam sejak 16 Januari, ketika PM al-Masyisyi mengumumkan perombakan kabinet tetapi Saied menolak untuk mengadakan upacara pelantikan menteri baru. Tunisia juga menghadapi dampak penyebaran virus Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya di sebagian besar negara bagian, menyebabkan penyebaran virus yang cepat.

Tunisia dipandang sebagai satu-satunya negara Arab yang berhasil melakukan transisi demokrasi di antara negara-negara Arab lainnya yang juga menyaksikan revolusi rakyat yang menggulingkan rezim yang berkuasa, termasuk Mesir, Libya, dan Yaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement