Selasa 27 Jul 2021 13:45 WIB

Victoria Longgarkan Pembatasan, NSW Hadapi Lonjakan Covid-19

NSW Australia kemungkinan akan melanjutkan pembatasan sosial

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Pejalan kaki berjalan melewati toko mode di Sydney, New South Wales, Australia, ilustrasi
Foto: EPA-EFE/MICK TSIKAS
Pejalan kaki berjalan melewati toko mode di Sydney, New South Wales, Australia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Negara Bagian Victoria, Australia mengatakan akan melonggarkan peraturan pembatasan sosial Covid-19 setelah berhasil menahan laju penyebaran virus. Sementara negara bagian tetangganya, New South Wales (NSW) melaporkan lonjakan kasus positif harian.

Setelah virus corona varian Delta yang sangat menular mewabah di ibu kota negara bagian NSW, Sydney dan tiga negara bagian lainnya, dalam beberapa pekan terakhir lebih dari 26 juta warga Australia menjalani karantina wilayah ketat.

Baca Juga

NSW melaporkan dalam 24 jam terakhir kasus infeksi Covid-19 bertambah 172 naik dari hari sebelumnya yang sebanyak 145 kasus. Sebanyak 60 orang yang terinfeksi sempat beraktivitas di tengah masyarakat.

Perdana Menteri Negara Bagian NSW  Gladys Berejiklian mengatakan keputusan untuk memperpanjang karantina wilayah yang berlangsung selama lima pekan akan diambil pekan ini. Namun karena jumlah warga yang sudah divaksin masih di bawah 13 persen, maka kemungkinan peraturan pembatasan sosial akan dilanjutkan.

"Kami tahu kita sudah bekerja keras selama lima minggu dan kami tidak ingin membuang kerja keras yang telah kami lakukan dengan membuka terlalu dini dan virus menyebar lagi," kata Berejiklian, Selasa (27/7).

Berbanding terbalik, Negara Bagian Victoria akan melonggarkan peraturan pembatasan sosial yang berlaku sejak 15 Juli pada Rabu (28/7) besok setelah 10 orang yang dinyatakan positif virus corona sudah dikarantina.

"Secara keseluruhan ini hari yang baik," kata Perdana Menteri Negara Bagian Victoria Daniel Andrews di Melbourne.

Lima juta warga Victoria dapat meninggalkan rumah mereka dengan bebas dan sekolah dibuka kembali. Tetapi masyarakat masih dilarang menerima tamu.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement