Selasa 27 Jul 2021 15:42 WIB

Cerita RS Kehabisan Oksigen, Pasien Covid-19 Pun Meninggal

Krisis oksigen suatu daerah bisa menjadi indikator lonjakan kasus Covid-19.

Sejumlah tabung oksigen saat penyerahan barang bukti tabung oksigen hasil pengungkapan kasus tindak kejahatan di Jakarta, Selasa (27/7). Kriris oksigen medis hingga kini masih terjadi di RS-RS rujukan Covid-19 di Indonesia. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah tabung oksigen saat penyerahan barang bukti tabung oksigen hasil pengungkapan kasus tindak kejahatan di Jakarta, Selasa (27/7). Kriris oksigen medis hingga kini masih terjadi di RS-RS rujukan Covid-19 di Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Silvy Dian Setiawan, Dessy Suciati Saputri

Kondisi habisnya stok oksigen medis untuk pasien Covid-19 sempat terjadi di Rumah Sakit Paru di Kabupaten Jember, Jawa Timur pada Ahad (25/7) lalu. Kekosongan stok oksigen selama lebih dari tiga jam itu akibat pasokan oksigen dari Samator mengalami keterlambatan.

Baca Juga

"Pihak rumah sakit menggunakan oksigen cair dan biasanya disuplai oleh pihak Samator sekitar 2.500 meter kubik per dua hari, namun pada Minggu (25/7) malam kedatangan oksigen terlambat," kata Plt Direktur RS Paru Jember dr Sigit Kusumajati saat dikonfirmasi per telepon di Jember, Senin (26/7).

Sigit menerangkan, oksigen cair atau liquid di RS Paru Jember habis pada Ahad (25/7) pukul 21.00 WIB. Pihaknya pun kemudian meminjam semua tabung di pihak Samator untuk diisi oksigen yang dapat menyuplai cadangan kebutuhan oksigen di rumah sakit.

"Namun cadangan oksigen itu tidak berlangsung lama, sehingga pasokan oksigen habis dan tidak ada lagi oksigen di rumah sakit pada Senin dini hari pukul 01.07 WIB hingga 4.40 WIB," tuturnya.

Sigit menjelaskan, ada 13 pasien terkonfrmasi positif Covid-19 yang berada di ruang ICU yang membutuhkan pasokan oksigen. Selama tiga jam lebih tidak adanya pasokan oksigen di RS Paru Jember, tercatat ada tiga pasien yang meninggal dunia karena secara klinis kondisinya memang buruk yakni saturasi oksigen di bawah 60 persen dan sangat memerlukan bantuan oksigen.

"Perawat dan dokter di RS Paru sudah berusaha maksimal untuk menangani pasien Covid-19 agar mereka bisa sembuh, sehingga setelah kejadian habisnya oksigen tersebut kami menggelar rapat untuk membuat kebijakan agar tidak terulang kembali," ujarnya.

Menurut Sigit, keterlambatan pasokan oksigen dari pihak Samator ke RS Paru Jember disebabkan pengambilan oksigenya di Gresik karena di Surabaya juga terbatas. Sementara, di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember juga nyaris habis pasokan oksigen untuk menangani pasien Covid-19 dan pada Senin ini pasokan oksigen agak berkurang.

"Pasokan oksigennya yang tersendat ke rumah sakit dan pasokan dari pihak Samator Surabaya juga berkurang, sehingga oksigen yang kami terima terbatas dan belum sesuai dengan kebutuhan," kata Plt Wakil Direktur SDM dan Pendidikan RSD dr Soebandi Jember drg Arief Setiyoargo.

Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jember menyebutkan kasus kematian terus mengalami peningkatan yakni pada Ahad (25/7) tercatat jumlah yang meninggal dunia sebanyak 28 orang. Dan pada Senin ini tercatat penambahan 35 orang meninggal dunia, sehingga total kasus kematian hingga 26 Juli 2021 tercatat sebanyak 878 orang.

 

In Picture: Kelangkaan Oksigen Medis Masih Terjadi di Yogyakarta

photo
Warga mengantre isi ulang tabung oksigen di Ninda Oksigen, Yogyakarta, Senin (26/7). Di Yogyakarta kelangkaan oksigen masih terjadi hingga kini. Warga harus mengantre sejak malam untuk mendapatkan jatah isi ulang oksigen. Bahkan beberapa konsumen berasal dari luar Yogyakarta. - (Wihdan Hidayat / Republika)

 

 

 

Sebelumnya, kondisi krisis oksigen yang mengakibatkan tak terselamatkannya pasien Covid-19 juga pernah terjadi RSUP Dr Sardjito, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada 3-4 Juli 2021, sebanyak 63 pasien yang dirawati di RSUP Sardjito meninggal dunia.

Menurut Dirut RSUP Dr Sardjito, dr Rukmono Siswishanto, jumlah pasien meninggal itu tidak hanya pasien yang menggunakan oksigen atau Covid-19. Untuk pasien yang meninggal setelah oksigen sentral di RSUP dr Sardjito habis pada 3 Juli 2021 sekitar 20.00 jumlahnya ada 33 pasien.

"Pasien sejumlah itu bukan semata-mata pasien Covid yang harus dengan bantuan oksigen, tapi terdapat pasien lainnya pula," kata Rukmono melalui rilis yang diterima Republika, Ahad (4/7) sore.

Krisis oksigen di DIY juga disebut oleh Komandan TRC BPBD DIY, Wahyu Pristiawan Buntoro Pris sebagai penyebab banyaknya kasus pasien meninggal saat isolasi mandiri (isoman). Saat menjalani isoman di rumah, pasien Covid-19 dengan gejala berat tidak ditunjang oleh ketersediaan alat kesehatan seperti oksigen.

"Ada stagnasi di rumah sakit dan krisis oksigen, maka buntu di puskesmas karena tidak mampu untuk merujuk. Sehingga yang seharusnya dirujuk, diminta isoman. Kapasitas (rumah sakit) overload (sudah melebihi kapasitas) dan diperparah dengan fasilitas yang tak cukup, akhirnya banyak yang meninggal," ujar Wahyu.

Kematian pasien Covid-19 saat menjalani isoman di DIY dilaporkan terus meningkat. Selama Juli 2021 ini, Wahyu mengatakan, sudah tercatat lebih dari 400 pasien Covid-19 yang meninggal saat isoman di rumah.

"Dibandingkan Juni, kenaikannya jauh sekali. Juni kemarin (kematian saat isoman) kira-kira hanya setengahnya, kematian di Juli meningkatnya drastis," kata Wahyu kepada Republika melalui sambungan telepon, Ahad (25/7).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement