REPUBLIKA.CO.ID, PALU — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen) Boy Rafli Amar meminta Satgas Madago Raya, turut serta melibatkan masyarakat dalam penanggulangan terorisme kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). Boy mengatakan, peran serta masyarakat, adalah bentuk sinergisitas dalam pengentasan ragam aksi radikalisme oleh kelompok pimpinan Ali Kalora.
“Mendidik, mengedukasi, dan bekerjasama dengan segenap lapisan masyarakat menjadi penting agar apa yang mereka (kelompok MIT) propagandakan, tidak menjadi suatu yang dijadikan rujukan,” kata Boy dalam rilis resmi BNPT saat menyambangi operasi Satgas Madago Raya, di Polda Sulteng, Selasa (27/7). Terutama, kata Boy, pelibatan masyarakat dari kelompok pemuda, dan remaja yang selama ini menjadi kalangan paling rentan dalam penerimaan paham-paham kekerasan.
Boy, bertandang ke Sulteng, sengaja untuk meninjau aksi kerja Satgas Madago Raya, Selasa (27/7). Dalam kunjungan tersebut, Boy, bertemu dengan Kapolda Sulteng, Irjen Abdul Rakhman Baso, Kepala Satgas Operasi Madago Raya, Brigjen Reza Arief Dewanto, dan Ketua Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme (FPKT) Sulteng, Nur Sangadji. Dalam kunjungan tersebut, BNPT, memberikan apresiasi atas aksi dan kerja Satgas Madago Raya dalam penanganan kelompok MIT.
Satgas Madago Raya, tim operasi gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI), bersama Polri menetapkan sembilan nama kelompok MIT, masuk Daftar Pencarian Orang (DPO). Kelompok ini, ditetapkan pemerintah sebagai gembong terorisme di Poso, Sulteng. Dari sejumlah operasi bersenjata sepanjang pekan lalu, Satgas Madago Raya menembak mati tiga terduga anggota MIT, yang dituduh terorisme.
Meskipun belum merilis resmi hasil uji DNA tiga anggota MIT yang ditembak mati itu, tetapi dalam beberapa kali penyampaian oleh TNI, maupun Polri mereka yang tewas tersebut, adalah Rukli, dan Ahmad Panjang, serta seorang berinisial B, alias AA, alias A. “Tentunya, ini prestasi yang layak diapresiasi,” kata Boy.
Sementara Kapolda Sulteng, Irjen Abdul Rakhman Baso, pun menyampaikan, kini anggota MIT tersisa yang masih dalam perburuan Satgas Madago Raya berjumlah enam orang. Polri, maupun TNI, kata dia, tetap meminta agar sisa kelompok MIT tersebut, menyerahkan diri untuk dapat diproses menggunakan hukum yang berlaku. “Satgas Madago Raya mengedepankan tindakan-tindakan yang soft, dan terukur dalam penanganan kelompok terorisme MIT itu,” ujar dia, dalam rilis Satgas Madago Raya, Selasa (27/7).
Terkait dengan pesan BNPT, agar Satgas Madago Raya tetap melibatkan masyarakat dalam penanganan kelompok MIT, Abdul Rakhman mengimbau, pun agar warga di Sulteng, tak ambil bagian dalam pemberian perlindungan terhadap Ali Kalora cs. Sebab kata dia, selama ada simpatisan kelompok MIT di akar rumput, penuntasan masalah terorisme di Poso, tak akan bisa selesai.
“Kalau mau cepat selesai, ya tidak ada simpatisan, tidak ada gerakan-gerakan ang mendukung mereka (MIT), maka kasus Poso, akan cepat selesai,” ujarnya.