REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dalam pertemuan yang bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara Amerika Serikat dan Irak pada Senin (26/7), para pemimpin kedua negara membahas berbagai masalah, termasuk perang melawan Daesh/ISIS, inisiatif iklim, energi, pendidikan dan pandemi Covid-19.
Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi berkomitmen untuk melanjutkan kemitraan keamanan untuk memastikan bahwa ISIS tidak akan pernah bisa bangkit kembali.
"Para pemimpin menegaskan kembali rasa hormat mereka terhadap demokrasi Irak, supremasi hukum dan mempromosikan lingkungan yang aman untuk pemilihan umum Irak pada Oktober mendatang," kata pernyataan itu.
Mereka juga membahas peran penting Irak di wilayah tersebut dan upaya diplomatik signifikan yang dipimpin oleh al-Kadhimi untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan Irak di wilayah tersebut.
Biden dan al-Kadhimi memuji kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Irak awal tahun ini, pertemuan puncak trilateral dengan Mesir dan Yordania, dan peran penting yang dimainkan Irak dalam mempromosikan toleransi antar-agama dan ikatan bersama kemanusiaan di Timur Tengah.
"Mereka sepakat bahwa stabilitas Irak adalah pusat stabilitas seluruh kawasan," tambah pernyataan itu.
Sebelumnya pada hari yang sama, Biden mengatakan militer AS memulai fase baru di Irak dan tidak akan lagi terlibat dalam misi tempur pada akhir tahun.
Berbicara kepada wartawan sebelum pertemuan dengan al-Kadhimi di Kantor Ovalnya, Biden mengatakan Washington dan Baghdad akan terus bekerja sama dalam kontra-terorisme, dengan menyebutkan secara khusus ancaman yang ditimbulkan oleh Daesh/ISIS.