Rabu 28 Jul 2021 09:20 WIB

AS Khawatir Virus Covid-19 Bisa Mutasi dan Kebal Vaksin

Saat ini vaksin efektif untuk mencegah Covid-19 dengan gejala parah

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Virus Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Virus Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 mungkin hanya menunggu waktu untuk bermutasi hingga mampu kebal dari vaksin.

Direktur Pusat Pengendalian Penyakit atau Centers for Desease Control (CDC) Rochelle Walensky mengatakan saat ini vaksin efektif untuk mencegah Covid-19 dengan gejala parah, termasuk yang disebabkan oleh sejumlah varian baru. Namun, penyebaran yang berkelanjutan dapat memungkinkan penyakit bermutasi di luar perlindungan imunisasi. 

Baca Juga

“Kekhawatiran terbesar yang saya khawatirkan di bidang kesehatan masyarakat dan ilmu pengetahuan adalah bahwa virus dan mutasi memiliki potensi untuk menghindari vaksin dalam bagaimana vaksi melindungi dari gejala parah dan kematian,” ujar Walensky, dalam sebuah pernyataan dilansir New York Post, Rabu (28/7). 

Walensky mengatakan saat ini mutasi belum sampli di tahap demikian. Vaksin juga bekerja dengan sangat baik dalam melindungi dari penyakit parah dan kematian, tetapi kekhawatiran terbesar adalah mutasi berikutnya muncul yang mampu menghindari vaksin. 

Lebih lanjut, Walensky mengatakan orang-orang harus segera mendapatkan vaksin Covid-19 saat ini. Ia menekankan bahwa virus dapat dimusnahkan sebelum bermutasi hingga menjadi sesuatu yang membutuhkan vaksin lain. 

CDC sebelumnya mengeluarkan pedoman penggunaan masker dalam ruangan yang dirancang untuk membantu memperlambat penyebaran virus di wilayah-wilayah dengan lonjakan kasus Covid-19. Itu termasuk dengan aturan jaga jarak karena potensi penyebaran varian Delta yang sangat menular. 

“Di daerah dengan transmisi substansial, CDC merekomendasikan orang yang divaksinasi penuh memakai masker di tempat umum, pengaturan dalam ruangan untuk membantu mencegah penyebaran varian Delta dan melindungi orang lain,” kata Walensky.

Varian Delta menjadi sekitar 83 persen dari kasus baru Covid-19 secara nasional di AS. Pejabat kesehatan telah menekankan bahwa meningkatnya jumlah kasus di negara itu didorong oleh orang Amerika yang tidak divaksinasi.

Saat ini, sekitar 99,5 kematian akibat Covid-19 terjadi di antara orang-orang yang tidak divaksinasi, sementara 97 persen mengsalami penyakit dengan gejala parah dan membutuhkan rawat inap di rumah sakit.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement