REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak para pelaku usaha rumput laut menangkap peluang tingginya permintaan komoditas ini. Terlebih rumput laut juga menjadi jawaban terhadap sejumlah persoalan global seperti limbah plastik serta perubahan iklim.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti mengungkapkan, inovasi menjadi kata kunci dalam pengembangan produk turunan rumput laut. Dia menyontohkan rumput laut hadir sebagai bioplastik untuk mengganti kemasan plastik.
Bahkan dalam penelitian mutakhir yang dipublikasikan di PLoS ONE Journal, Maret lalu, pemanfaatan rumput laut jenis Asparagopsis taxiformis dalam pakan ternak ruminansia seperti sapi, mampu mengurangi emisi gas metana. "Ketika dunia menempatkan perubahan iklim sebagai isu utama, pelaku usaha bisa mem-branding rumput laut sebagai tanaman yang mampu menyerap CO2," ujar Artati saat membuka webinar tentang rumput laut, di Jakarta, Selasa (27/7).
Dalam seminar daring bertajuk "Mendulang Rupiah dari Produk Inovasi Berbasis Rumput Laut", Artati menegaskan, rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Jumlahnya mencapai 8,6 persen dari total biota di laut. Sementara luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare atau terbesar di dunia.
"Kemelimpahan sumber daya hayati rumput laut ini tentunya merupakan anugerah bagi Bangsa Indonesia yang dapat didayagunakan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa serta menjadi sumber pangan dan gizi nasional," ungkap Artati.
Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP Machmud menjelaskan, saat ini pemanfaatan rumput laut untuk konsumsi manusia menyumbang lebih dari 77 persen dari keseluruhan pangsa pasar global. Kebutuhan diproyeksikan meningkat di masa mendatang karena perubahan kebiasaan makan yang sehat dan meningkatnya populasi penduduk. Selain itu, permintaan pasar rumput laut diprediksi mencapai 23,04 miliar dolar AS pada 2027.
"Peningkatan permintaan terjadi karena meningkatnya permintaan rumput laut untuk industri pangan, pakan, obat-obatan dan kosmetik," ucap Machmud.