REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Militer Myanmar meminta kerja sama yang lebih luas dengan komunitas internasional untuk mengatasi Covid-19. Media pemerintah pada Rabu (28/7) melaporkan, permintaan bantuan itu dilakukan ketika Myanmar berjuang mengatasi gelombang infeksi yang semakin meningkat.
Global New Light of Myanmar mengatakan Jenderal Senior Min Aung Hlaing dalam pidatonya menyerukan lebih banyak kerja sama internasional dalam pencegahan, pengendalian, dan pengobatan Covid-19. Myanmar juga meminta bantuan kepada sesama anggota ASEAN dan negara-negara sahabat.
Min Aung Hlaing menyerukan agar vaksinasi perlu ditingkatkan, baik melalui dosis yang disumbangkan maupun dengan pengembangan vaksin produksi dalam negeri yang dibantu oleh Rusia. Myanmar belum lama ini menerima dua juta vaksin China. Menurut Reuters, sejauh ini tingkat vaksinasi Myanmar mencapai sekitar 3,2 persen dari total populasi.
Kasus virus corona di Myanmar telah melonjak sejak Juni. Pada Selasa (27/7) Kementerian Kesehatan melaporkan 4.964 kasus dan 338 kematian. Petugas medis dan layanan pemakaman kewalahan dalam menangani pasien Covid-19 yang jumlahnya membludak.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Aksi protes yang menentang junta dan pertempuran antara tentara dan milisi yang baru dibentuk terjadi hampir setiap hari.
Upaya untuk mengatasi wabah semakin terhambat oleh musibah banjir terburuk di Myanmar timur. Sejumlah negara bagian Myanmar mengalami kekurangan oksigen.
Portal berita Myanmar Now yang mengutip saksi melaporkan setidaknya delapan orang meninggal di rumah sakit Yangon pada akhir pekan setelah terjadi kegagalan sistem oksigen pipa. Reuters tidak dapat secara independen mengonfirmasi laporan tersebut. Sementara Rumah Sakit Umum Okkalapa Utara serta juru bicara Kementerian Kesehatan tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.