REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Bintang angkat berat Taiwan, Kuo Hsing-chun, meraih emas di Olimpiade 2020 Tokyo. Namun saat ia naik ke podium untuk menerima medali, tidak ada bendera negara dan lagu kebangsaan yang menyambutnya.
Bahkan, Taiwan tidak disebut 'Taiwan' dalam pertandingan itu. Taiwan harus menggunakan nama Cina Taipei. Kondisi ini tentu membuat frustrasi banyak rakyat Taiwan.
Taiwan memang telah diberi sejumlah nama di Olimpiade selama bertahun-tahun karena status internasionalnya yang khas. Meskipun negara demokrasi, memiliki pemerintahan, dan mata uang sendiri, status Taiwan tetap diperdebatkan.
Setelah perang saudara Cina berakhir pada 1949, kaum nasionalis yang kalah dari Pemerintah Cina lari ke Taiwan. Pasukan komunis Mao kemudian mendirikan Republik Rakyat Cina.
Dikutip dari Japantoday, Rabu (28/7), kepemimpinan komunis Beijing tidak pernah mengendalikan Taiwan. Tetapi masih memandang pulau itu sebagai bagian dari Cina. Sehingga bersumpah untuk merebutnya suatu hari nanti, dengan paksa jika perlu. Oleh karena itulah mengapa Cina terus menjaga agar Taipei tetap terisolasi di panggung dunia dan menolak setiap penggunaan kata Taiwan.
Pada tahun 1981, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menetapkan nama Taipei. Hasil kompromi yang akan memungkinkan Taiwan untuk bersaing dalam olahraga tanpa menampilkan dirinya sebagai negara yang berdaulat.
Alih-alih bendera merah dan biru khas Taiwan, atlet Taiwan harus bersaing di bawah 'Bendera Bunga Plum', sebuah bendera putih yang membawa cincin Olimpiade. Lagu pengibaran bendera tradisional dimainkan dan bukan lagu kebangsaan Taiwan, saat para atlet berada di podium.