REPUBLIKA.CO.ID, — Allah SWT telah menurunkan surat Al Fatihah sebagai kunci bagi siapa yang ingin dibukakan pintu-pintu kebajikan.
Al Fatihah pun memiliki banyak nama yang merepresentasikan kebutuhan kita. Al-Fatihah disebut As Syafi, Al Kafi, Ar Ruqyah, Sab'ul Matsani, hingga Ummul Kitab.
Generasi Nabi dan para sahabat amat menyaksikan keampuhan Al Fatihah dalam menyembuhkan penyakit dan saat berada dalam kesulitan.
"Pertanyaannya, mengapa itu tidak terjadi pada generasi kita? Jangan-jangan sifat-sifat khusus terkait makna Al Fatihah tidak hadir di hati karena mustahil kita mendapatkan itu kalau tidak memahami nya," ujar Ustadz Adi Hidayat saat mengisi kajian pekanan di Masjid Al Ihsan, PTM Bekasi, Jawa Barat, sebagaimana dikutip dari Harian Republika.
Menurut Ustadz kelahiran Pandeglang ini, banyak orang tidak memahami sifat khusus terkait makna Al Fatihah.
Bacaan itu pun tidak bersumber dari hati tetapi sebatas lisan. Menurut dia, orang yang benar-benar beriman akan memancarkan cahaya hati nya keseluruh tubuhnya.
Mata, telinga, mulut, hingga langkah kakinya akan memancarkan iman. Iman akan mewarnai segala aktivitas dari ujung rambut hingga ke kaki.
Dalam kajian kali ini, Ustadz Adi Hidayat pun melanjutkan materi pekan sebelumnya, yakni kelanjutan dari QS Al Fatihah ayat 5:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya pada-Mu kami memohon permohonan."
"Ini perjanjian antara 'Aku' (Allah) dengan 'hamba-Ku'. Jika benar, apa pun yang 'hamba-Ku' minta akan 'Aku' kabulkan," tambah dia.
Menurut Ustadz Adi, ada tiga jenis doa yang dikabulkan. Pertama, saat diminta langsung dijawab. Contohnya ketika Nabi Zakariya AS meminta untuk diberikan anak. Pada saat itu juga Allah SWT memberi istrinya ke hamilan.
Doa yang kedua yakni minta saat sanggup baru diberikan. Dia mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad meminta kiblat baru ke Kabah, baru dikabulkan tiga tahun setelah hijrah. "Artinya, Allah ingin menjawab doa sampai siap untuk itu."
Untuk yang ketiga yakni saat meminta A malah dijawab B. Artinya, apa yang kita minta mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan saat itu.
Namun, Allah memberi dan menjawab doa sesuai dengan kebutuhan kita yang tidak jarang malah menyampaikan kita kepada keinginan.
Pada intinya, Ustadz Adi mengajak jamaah untuk memperbanyak ibadah. Menurut dia, kunci doa dijawab cepat berbanding lurus dengan ibadah. "Jika ingin dipercepat iyya kanastain, maka tingkatkan iyya kana'budu. Na'bud, ibadah naik, maka balasannya akan cepat," ujar dia.