Rabu 28 Jul 2021 17:39 WIB

Disinformasi Masih Jadi Tantangan Edukasi Protokol Kesehatan

'Hoaks memang PR banget. Ada sekitar lebih dari 1.000 hoaks selama satu tahun ini.'

Dokter Konsultan Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Andi Khomeini Takdir mengemukakan beberapa tantangan yang masih dihadapi dalam upaya mendorong perubahan perilaku masyarakat lewat edukasi protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 salah satunya disinformasi. (Foto: Ilustrasi Hoax)
Foto: Mgrol101
Dokter Konsultan Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Andi Khomeini Takdir mengemukakan beberapa tantangan yang masih dihadapi dalam upaya mendorong perubahan perilaku masyarakat lewat edukasi protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 salah satunya disinformasi. (Foto: Ilustrasi Hoax)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Konsultan Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Andi Khomeini Takdir mengemukakan beberapa tantangan yang masih dihadapi dalam upaya mendorong perubahan perilaku masyarakat lewat edukasi protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. Salah satunya disinformasi.

"Kendala disinformasi. Jadi berita hoaks memang PR banget. Sampai hari ini hoaks yang terkait bidang kesehatan, kemarin rapat dengan teman-teman media dan KPC PEN, ada sekitar lebih dari 1.000 hoaks selama satu tahun ini," kata Andi dalam acara diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau dari Jakarta, Rabu (28/7).

Baca Juga

Tantangan lainnya, menurut dia, adalah keragaman tingkat pendidikan dan literasi yang menimbulkan perbedaan dalam penerimaan informasi serta kejenuhan masyarakat terhadap informasi-informasi seputar pandemi yang sudah berlangsung lebih dari setahun. Guna menghadapi tantangan-tantangan tersebut, ia mengatakan, duta perubahan perilaku serta penyuluh harus berusaha menyampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dipahami dengan memperhatikan segmen masyarakat yang menjadi sasaran program edukasi.

"Edukasi itu coba disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan segmen-segmen masyarakat yang kita coba komunikasikan ide itu," katanya.

Ia mengemukakan perlunya pemetaan sasaran edukasi protokol kesehatan dan penerapan strategi edukasi berdasarkan segmen-segmen sasaran edukasi. Selain itu, menurut dia, perlu ditekankan kepada sasaran program edukasi bahwa penerapan protokol kesehatan serta pembatasan kegiatan masyarakat dapat berujung pada berkurangnya jumlah warga yang sakit karena terserang COVID-19.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement