REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Bukan sesuatu yang mengejutkan ketika Rahmat Erwin Abdullah berprestasi di Olimpiade Tokyo 2020. Pelatih tim angkat besi Indonesia, Dirja Wihardja, menegaskan hal itu.
Ia menjelaskan, sebelum menuju Jepang, lifter 20 tahun itu terus berproses melewati berbagai tahapan. Sejak awal 2018, Rahmat sudah masuk pemusatan latihan nasional.
Kemudian pada November tahun yang sama, PB PABBSI (Persatuan Angkat Berat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia) menyertakan Rahmat dalam kejuaraan dunia di Ashgabat, Turkmenistan. Selanjutnya, atlet asal Makassar ini menjadi yang terbaik di kelas 73 kilogram putra pada SEA Games 2019 di Filipina.
Teranyar, Rahmat meraih medali perunggu di Tokyo International Forum, Rabu (28/7) sore WIB. Total angkatannya mencapai 342 kg. Ia menembus angkatan snatch 152 kg dan clean and jerk 190 kg. Awalnya, Rahmat hanya ditargetkan finis di posisi delapan. Namun ia memberikan lebih.
"Ini buah dari kontinuitas. Pembinaan PB PABBSI berbuah manis," kata Dirja kepada Republika.co.id.
Secara khusus ia menceritakan bagaimana perjuangan Rahmat dalam persiapan menuju Olimpiade. Sang lifter terus berlatih keras di pusat pelatnas di Markas Komando Pasukan Marinir. Persiapan dan proses latihan ini terjadi di masa pandemi covid-19.
"Jadi luar biasa untuk seorang Rahmat," ujar Dirja.
Ia melihat masa depan cerah menunggu atlet muda tersebut. Sang pelatih juga menyinggung pencapaian Windy Cantika Aisah. "Di Olimipiade Paris, kita bisa lebih baik," tutur Dirja.
Sebelumnya, Eko Yuli Irawan mendapatkan medali perak di kelas 61 kg putra. Kemudian Windy Cantika meraih perunggu di kelas 49 kg putri. Sama seperti Rahmat, Windy juga debutan di Olimpiade Tokyo.
Masih ada kesamaan lainnya. Dua tahun lalu, keduanya menyumbang emas untuk Indonesia di SEA Games Filipina.