REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- WHO klasifikasikan C.37 sebagai variant of interest setelah merebak di sejumlah negara. Kini varian lambda menjadi penyebab sebagian besar infeksi wabah corona baru di Peru.
Diklasifikasikan sebagai varian of interest oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 17 Juni, varian lambda atau C.37 virus corona telah terdeteksi di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS) dan setidaknya 29 negara yang mayoritas terletak di Amerika Latin.
Di Peru, tempat varian ini pertama diidentifikasi pada Agustus 2020, varian lambda menyumbang lebih dari 80 persen infeksi baru pada bulan Juni. Varian ini menyebar dengan cepat di Cile, Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Meksiko.
"Sejauh ini kami tidak melihat indikasi bahwa varian lambda lebih agresif," kata ahli virologi WHO, Jairo Mendez-Rico, kepada DW.
"Ada kemungkinan bahwa varian ini menunjukkan tingkat infeksi lebih tinggi, tetapi kami belum memiliki cukup data yang dapat diandalkan untuk membandingkannya dengan gamma atau delta."
Vaksinasi tetap dianjurkan
Varian virus corona SARS-CoV-2 yakni alfa (B.1.1.7), beta (B.1.351), delta (B.1.617.2), dan gamma (P.1) dikategorikan sebagai variant of concern oleh WHO. Klasifikasi ini menunjukkan bahwa varian-varian tersebut lebih menular, lebih sulit diobati, dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius.
"Kemungkinan SARS-CoV-2 akan menjadi lebih menular selama evolusinya tetapi tidak melulu bersifat lebih merusak terhadap inangnya," kata Mendez-Rico.
Banyak ilmuwan percaya bahwa pandemi virus corona tidak akan berakhir sampai setidaknya 80 persen populasi dunia telah divaksinasi. Varian-varian baru seperti lambda bisa terus bermunculan hingga target vaksinasi global itu tercapai.
Mendez-Rico mengatakan, vaksinasi tetap menjadi pertahanan yang paling efektif. "Semua vaksin yang telah kami setujui di seluruh dunia umumnya efektif melawan varian virus corona yang kini beredar, dan tidak ada alasan untuk mencurigai vaksinasi itu kurang efektif terhadap varian lambda," kata dia.