DIY Terus Berupaya Perbanyak Testing dan Tracing Covid
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. | Foto: ANTARA /Hafidz Mubarak A
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan testing dan tracing Covid-19. Hal ini mengingat kasus Covid-19 di DIY masih terus menunjukkan peningkatan yang signifikan, bahkan positive rate di DIY sudah mencapai 41 persen.
"Kita memang mengejar (peningkatan testing dan tracing) itu ya, tapi juga harus tahu bahwa yang di-tracing tidak hanya kita yang tidak sehat, mereka yang diperkirakan berdekatan dengan orang yang kena Covid-19 itu juga di-tracing," kata Sultan di kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (29/7).
Sultan menjelaskan, testing di DIY sudah melebihi standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Bahkan, katanya, berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri, jumlah testing harian di DIY juga diklaim sudah memenuhi persyaratan.
"Keputusan WHO 15 per 1.000 penduduk (per pekan), jumlah testing kita sudah lebih dari ketentuan WHO. Untuk testing average 7.500 sekian, kalau itu dibandingkan WHO kita sudah memenuhi syarat," jelasnya.
Namun, berdasarkan peraturan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah testing di DIY belum mencukupi. Sultan menyebut, Kemenkes sendiri meminta agar testing mencapai 10 ribu spesimen per hari.
"Berarti kalau 10 ribu kita masih kurang, tapi kalau keputusan WHO dan Mendagri kita sudah memenuhi syarat. Bahkan kalau DIY 20 ribu per hari, ini masalah lagi, kan tenaganya tidak cukup untuk testing 20 ribu per hari karena prinsip makin (testing) banyak makin baik," ujar Sultan.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, pihaknya masih harus berdiskusi terkait dasar testing ini dengan pemerintah pusat. Saat ini, untuk testing di DIY sendiri menggunakan PCR dan rapid diagnostic (RDT) antigen.
"Baru mau kita diskusikan dengan Kemenkes, jadi yang dipakai dasar jumlah testing itu di NAR-nya untuk PCR (atau bisa antigen)," kata Aji.
Ia menuturkan, jika acuan untuk kasus positif yang digunakan PCR, maka laboratorium di DIY tidak cukup untuk mengejar jumlah testing yang ditentukan pemerintah pusat. Pasalnya, hanya ada 19 laboratorium di DIY baik itu milik pemerintah maupun swasta.
Kapasitas dari 19 laboratorium tersebut hanya sekitar 6.000 spesimen yang dapat diperiksa per harinya untuk PCR. Sementara, untuk kapasitas RDT antigen bisa mencapai 6.000 sampai 7.000 spesimen per hari.
"Percuma nanti teman-teman tracing kalau yang kita andalkan lab PCR saja, karena ada keterbatasan," ujarnya.
Seperti diketahui, Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta seluruh jajaran pemerintahan dan Satgas Penanganan Covid-19 di DIY berupaya lebih keras penanganan kasus Covid-19. Pasalnya, positivity rate di DIY masih terbilang cukup tinggi yaitu sebesar 41 persen.
“Seperti saya katakan tadi bahwa selama ini kita masih fluktuatif, masih belum stabil melandai. Oleh karena itu kita harus (berupaya) lebih keras lagi supaya terus bisa melandai," ujar Wapres saat memberi arahan kepada Seluruh Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 DIY melalui konferensi video, Rabu (28/7).
Ia menekankan pentingnya 3T (testing, tracing, treatment) dalam menanggulangi Covid-19. Dengan positivity rate yang masih cukup tinggi di DIY, maka testing perlu diperbanyak.
Hal ini, katanya, mengacu pada Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4 Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali, disebutkan bila positivity rate suatu daerah di atas 25 persen, maka jumlah tes perlu ditingkatkan menjadi 15 ribu tes per satu juta penduduk.
“Saya minta agar tes ini sebanyak mungkin diupayakan berasal dari pelacakan kontak erat,” kata Wapres