REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati akan membentuk pemerintahan dalam waktu dekat. Mikati yang merupakan seorang pengusaha, adalah orang ketiga yang dicalonkan sejak pemerintahan Hassan Diab mengundurkan diri.
Mikati telah melakukan konsultasi dengan partai-partai politik, dan mereka sepakat untuk membentuk pemerintah dengan cepat. Pemerintahan baru diharapkan dapat menyelamatkan Lebanon dari krisis berkepanjangan.
Mikati, dipilih oleh anggota parlemen pada Senin (26/7) untuk menjabat lagi sebagai perdana menteri baru Lebanon saat negara itu tengah diguncang berbagai krisis politik-ekonomi. Mikati yang merupakan lulusan Harvard memperoleh 72 suara dari 118 anggota parlemen. Jumlah tersebut cukup untuk membawanya terpilih sebagai perdana menteri.
Mikati didukung oleh sebagian besar partai politik Lebanon termasuk kelompok Muslim Syiah yang didukung Iran, Hizbullah. Namun, Mikati menghadapi tentangan dari partai Presiden Michel Aoun yang seorang Kristen Maronit.
Mikati sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri sementara selama tiga bulan pada 2005 setelah peristiwa pembunuhan bom mobil terhadap Rafik Hariri. Kemudian ia juga kembali dilipih pada 2011, dan pada 2013 hingga 2014. Ia juga menjabat sebagai menteri pekerjaan umum dan transportasi di tiga kabinet yang berbeda antara 1998 dan 2004.
Terpilihnya Mikati mengakhiri kebuntuan politik yang telah melumpuhkan perekonomian Lebanon. Ia menggantikan perdana menteri sementara sebelumnya, Saad Hariri yang mengundurkan diri setelah hampir 10 bulan gagal membentuk kabinet baru. Mikati akan menghadapi tugas berat untuk mencoba mengarahkan Lebanon keluar dari krisis keuangan terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun. Setelah terpilihnya Mikati, nilai tukar pound Lebanon melonjak ke angka 1.526 per dolar AS, setelah sempat jatuh di angka 1.507 per dolar AS, angka terendah sepanjang bulan Juli.